REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Harga minyak naik lebih dari dua persen pada akhir perdagangan Rabu waktu internasional atau Kamis (20/2) pagi WIB. Kenaikan harga dipicu penurunan kekhawatiran tentang virus corona di China sebagai konsumen minyak terbesar dunia.
Di sisi lain, pasokan minyak juga mengetat ketika Amerika Serikat memotong lebih banyak minyak mentah Venezuela dari pasar. Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April, naik 1,37 dolar AS atau 2,4 persen, menjadi ditutup pada 59,12 dolar AS per barel.
Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermidiate (WTI) untuk pengiriman Maret, bertambah 1,24 dolar AS atau 2,4 persen, menjadi menetap di 53,29 dolar AS per barel. Data resmi menunjukkan kasus virus corona baru di China turun untuk hari kedua, meskipun Organisasi Kesehatan Dunia (WTO) mengatakan tidak ada cukup data untuk mengetahui apakah epidemi itu sedang diatasi.
Wall Street mencapai titik tertinggi baru karena optimisme China akan merangsang ekonominya dan menangkal dampak dari wabah tersebut. "Sepertinya pasar minyak sedang berusaha mengejar ketinggalan dengan pasar saham dan menempatkan virus corona di kaca spion atau mendiskonnya," kata John Kilduff, seorang mitra di Again Capital di New York.
China diperkirakan akan memangkas suku bunga pinjaman pada Kamis untuk membatasi kerusakan dari penutupan bisnis dan pembatasan perjalanan. Ekonomi terbesar kedua di dunia itu telah memberlakukan penutupan kota dan pembatasan perjalanan guna menahan virus yang kini telah menewaskan lebih dari 2.000 orang.
S&P Global Ratings mengatakan pihaknya memperkirakan virus akan memberikan "pukulan jangka pendek" terhadap pertumbuhan ekonomi di China pada kuartal pertama, menggemakan temuan oleh Badan Energi Internasional (IEA).
Pekan ini, harga minyak didukung oleh keputusan AS untuk memasukkan anak perusahaan Rosneft Rusia ke daftar hitam. Menurut pemerintahan Presiden Donald Trump, Rusia memberikan bantuan keuangan bagi pemerintah Venezuela. Memburuknya pasokan dari Libya karena blokade pelabuhan dan ladang minyak juga memperketat pasar minyak mentah serta menopang harga.
Harapan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen sekutu akan memperdalam pengurangan pasokan juga mendukung minyak berjangka.
Kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, telah menahan pasokan untuk mendukung harga. OPEC + akan bertemu bulan depan untuk memutuskan tanggapan terhadap penurunan permintaan akibat epidemi virus corona.