Kamis 20 Feb 2020 00:16 WIB

Jaguar Land Rover Terancam Kesulitan Pasokan Akibat Corona

Provinsi Hubei adalah pusat utama untuk produksi dan pengiriman suku cadang kendaraan

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Gita Amanda
Jaguar Land Rover mengalami kerugian karena pemasok suku cadangnya berasal dari Hubei, yang merupakan pusat corona di China. Pemandangan di salah pabrik Jaguar Land Rover di Liverpool, Inggris, (ilustrasi).
Foto: Reuters
Jaguar Land Rover mengalami kerugian karena pemasok suku cadangnya berasal dari Hubei, yang merupakan pusat corona di China. Pemandangan di salah pabrik Jaguar Land Rover di Liverpool, Inggris, (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan otomotif multinasional asal Inggris, Jaguar Land Rover (JLR) terancam mengalami kesulitan mendapatkan persediaan pasokan bahan. Hal ini disebabkan oleh virus korona yang melanda Provinsi Hubei, China.

Komponen yang dibuat di China digunakan dalam jutaan kendaraan yang dirakit di seluruh dunia. Provinsi Hubei adalah pusat utama untuk produksi dan pengiriman suku cadang kendaraan. Padahal, provinsi tersebut merupakan pusat penyebaran virus corona.

Baca Juga

"Kami aman untuk pekan ini, dan kami aman untuk pekan depan, dan pada pekan ketika kami memiliki bagian yang hilang," kata Kepala Eksekutif JLR, Ralf Speth kepada wartawan, Rabu (19/2).

Ia menjelaskan, pihaknya telah menerbangkan bagian-bagian suku cadang dari China. Bagian-bagian suku cadang tersebut dimasukkan ke dalam koper kemudian diterbangkan ke Inggris.

Cina merupakan pasar penjualan otomotif terbesar di dunia. Namun, belakangan penjualan menurun. Penjualan otomotif di China sebelumnya membantu JLR untuk mendapatkan keuntungan dalam kuartal terakhir. "Sekarang (penjualan) itu benar-benar berhenti. Nol," kata dia dilansir Reuters.

Sementara itu, bos Tata Motors (TAMO.NS), yang merupakan perusahaan induk JLR, mengatakan pemasuk dari India tidak memiliki visibilitas yang memadai. Namun, ia mengatakan pihaknya pasokan ke perusahaannya paling tidak akan aman selama Februari dan sebagian Maret.

"Apakah kita sepenuhnya aman selama Maret? Sayangnya tidak," kata dia.

Virus corona telah menewaskan sekitar 1.900 orang di China dan menginfeksi sebanyak 72 ribu orang. Wabah ini mengganggu bisnis dan menunda pembukaan kembali pabrik-pabrik setelah liburan panjang Tahun Baru Imlek.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement