REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musim panen raya rendeng pertama tahun 2020 akan segera tiba pada bulan Maret mendatang. Sekretaris Perusahaan Bulog, Awaluddin Iqbal menuturkan, secara perhitungan, gudang yang dimiliki Bulog masih mencukupi untuk melakukan penyerapan. Namun, Bulog tetap harus meningkatkan penyaluran beras sebelum musim panen raya tiba demi bisa mengoptimalkan penyerapan gabah petani.
Hingga Jumat (14/2) total stok beras yang tersimpan di gudang Bulog masih sebanyak 1,77 juta ton. Sebanyak 1,65 juta ton di antaranya merupakan cadangan beras pemerintah (CBP) sedangkan 115 ribu ton sisanya stok beras komersial yang diperdagangkan bebas.
Adapun, separuh dari stok beras yang tersimpan atau sekitar 900 ribu ton merupakan beras impor yang masuk sejak tahun 2018 lalu. "Besok (17/2) Bulog akan menyampaikan usulan dan langkah terkait upaya penyaluran beras dalam Rakortas (rapat koordinasi terbatas). Kita akan bahas," kata Awaluddin kepada Republika.co.id, Ahad (17/2).
Awaluddin belum dapat menyampaikan detail rencana Bulog untuk mempercepat penyaluran beras. Yang jelas, fokus Bulog adalah memperbesar penyaluran beras agar nantinya Bulog dapat mengoptimalkan menyerap gabah pada musim panen raya Maret mendatang.
Diketahui, total kapasitas gudang Bulog seluruh Indonesia sebesar 3,8 juta ton. Namun, gudang tersebut juga digunakan untuk menyimpan minyak goreng, tepung, gula, dan daging.
Adapun penyaluran beras dalam program BPNT kurun waktu sejak 1 Januari hingga 14 Februari 2020 baru mencapai 21 ribu ton. Sementara volume beras yang tersalurkan melalui program Ketersediaan Pasokan dan Stabilitsi Harga (KPSH) atau operasi pasar sebanyak 220 ribu ton.
"Sementara ini kita terus lakukan penyaluran beras lewat BPNT dan KSPH menggunakan stok beras yang ada di seluruh gudang wilayah," kata dia.
Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, sebelumnya menegaskan bahwa stok beras impor yang tersimpan hampi lebih dari setahun di gudang Bulog menjadi persoalan. Volume beras impor yang besar diakui berdampak pada kapasitas Bulog untuk memaksimalkan penyerapan beras dalam negeri.
"April ini kita akan panen dan harus menyerap sebanyak mungkin. Kalau gudangnya penuh ya penyerapan terbatas," ujarnya.
Di sisi lain, Bulog masih memiliki beban utang dan bunga perbankan yang jumlah mencapai Rp 27 triliun akibat saluran beras di hilir kian sulit pasca program Rastra dihapus.
Menurut Budi, Bulog tengah menjajal pasar luar negeri untuk melakukan ekspor beras. Ia menyebut Arab Saudi menjadi salah satu pihak yang sudah bertemu Bulog untuk membeli beras Bulog sebanyak delapan kontainer. Hanya saja, ia tak menjelaskan berapa harga jual beras yang akan diekspor tersebut.
"Bagi saya bukan nilainya yang penting harganya sesuai dan menguntungkan kita," ujarnya.