Kamis 13 Feb 2020 19:20 WIB

Penurunan Harga Gas Industri Segera Diumumkan

Harga gas untuk industri diusulkan di bawah 6 dolar AS per MMBTU

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Pabrik pupuk. Industri pupuk salah satu industri pengguna gas bumi. ilustrasi
Pabrik pupuk. Industri pupuk salah satu industri pengguna gas bumi. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan, pemerintah fokus meningkatkan daya saing industri di dalam negeri. Salah satu langkah strategis yang diperlukan yakni ketersediaan energi dengan harga kompetitif.

“Kita mesti lihat beberapa komponen utama biaya produksi yang dikeluarkan sektor industri, antara lain dari bahan baku dan energi. Maka dari hasil rapat terbatas kabinet, telah diputuskan, harga gas untuk industri harus di bawah 6 dolar AS per MMBTU,” jelas Agus melalui siaran pers, Kamis (13/2).

Baca Juga

Guna mengakselerasi langkah tersebut, Kemenperin sudah intensif berkoordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). “Dalam waktu dekat akan diumumkan terkait harga gas industri. Sudah ada skema-skemanya,” kata dia.

Kemenperin, lanjutnya, telah mengusulkan untuk memperluas sektor industri yang layak mendapatkan harga gas kompetitif. “Sektor yang sudah masuk adalah industri sarung tangan karet. Kami nanti ingin revisi lagi, jadi tidak hanya industri sarung tangannya saja, tetapi juga industri karet itu sendiri. Ada beberapa penambahan sektor lain, kami sedang pelajari,” jelas Agus.

Menurutnya, selain gas, yang juga diperlukan industri saat ini yaitu harga listrik kompetitif. “Sebenarnya industri tidak terlalu banyak minta diturunkan, dan tidak sampai sepanjang hari. Artinya, pada jam-jam tertentu saja yang bisa mendapatkan diskon, seperti mulai pukul 22.00 hingga 06.00,” jelas Agus.

Hanya saja demi kepastian berapa besar diskon yang akan diberikan, menurutnya masih perlu dibicarakan lebih lanjut dengan kementerian terkait. “Yang terpenting prinsipnya kebijakan ini sudah disetujui," tegasnya.

Agus memaparkan, paling tidak tarif listrik industri selayaknya turun sekitar 15 persen. Jika misalnya saat ini industri membayar listrik sekitar 7,1 sen per kWh, dengan adanya diskon diharapkan menjadi 6 sen per kWh.

Melalui penerapan harga energi yang kompetitif, Agus optimistis, target pertumbuhan ekonomi nasional serta kinerja industri manufaktur Tanah Air akan terus membaik. Meski di tengah tekanan kondisi ekonomi global.

“Sebelumnya, kami menyampaikan tujuh isu di sektor industri yang harus ditindaklanjuti, apabila isu harga energi untuk industri bisa diselesaikan. Kami yakin pertumbuhan sektor industri bisa terbang tinggi,” tutur dia.

Selain itu, kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sektor industri pengolahan nonmigas masih menjadi motor penggerak utama bagi perekonomian nasional. “Terlebih, aktivitas industri membawa efek ganda yang luas bagi peningkatan nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan devisa dari ekspor,” ujar Agus.

Sebelumnya, Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ego Syahrial menyatakan, upaya menurunkan harga gas sedang dilakukan. "Lagi diproses mungkin dalam waktu segera pokoknya. Sesuai arahan presiden supaya bisa 6 dolar AS, kita lagi kerja keras lagi kita sisir semua," kata Ego usai acara groundbreaking pipa gas ruas transmisi Cirebon-Semarang di Rest Area Tol KM 379A , Ruas Tol Semarang-Batang, pada Jumat (7/2).

Ia melanjutkan, kementerian akan melakukan efisiensi di semua badan usaha terkait. Hanya saja dirinya belum bisa memastikan kapan harga akan diturunkan, yang pasti secepat mungkin.

"Saya belum bisa ngomong (turun per 1 April) lagi. kita akan bekerja secepat mungkin. Pokoknya begini, pemerintah bersungguh-sungguh itu saja," tegas Ego.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement