Senin 10 Feb 2020 12:21 WIB

Aktivitas Ekonomi China Perlahan Kembali Berjalan

Sejumlah perusahaan China masih membiarkan pekerjanya bekerja dari rumah.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Investor mengecek pergerakan saham di salah satu perusahaan sekuritas di Beijing, Kamis (16/1). Aktivitas ekonomi di China mulai berjalan meski perlahan.
Foto: AP Photo/Ng Han Guan
Investor mengecek pergerakan saham di salah satu perusahaan sekuritas di Beijing, Kamis (16/1). Aktivitas ekonomi di China mulai berjalan meski perlahan.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Para pekerja di Cina dan sekitarnya mulai kembali beraktivitas kembali ke kantor maupun pabrik pada Senin (10/2). Pemerintah mulai melonggarkan beberapa pembatasan bekerja setelah virus korona menyebar di daratan Cina yang kini sudah menewaskan lebih dari 900 orang.

Jumlah kematian per hari tertinggi terjadi pada Ahad (9/2) dengan jumlah 97 kematian. Jumlah tersebut tertinggi sejak virus corona terdeteksi pertama kali pada Desember di ibu kota provinsi Hubei, Wuhan.

Menurut Komisi Kesehatan Nasional (National Health Commision/ NHC) yang dilansir Reuters, Senin, terdapat 3.062 infeksi baru yang telah terkonfirmasi di seluruh daratan Cina. Dengan begitu, jumlah keseluruhan infeksi sejauh ini adalah 40.171 kasus.

Virus corona telah menjadi gangguan besar di Cina. Kota-kota yang biasanya sesak dengan para pekerja menjadi kota ‘hantu’ selama dua pekan terakhir ketika pemerintahan setempat memerintahkan penutupan kantor dan pabrik, pembatalan penerbangan dan penutupan sekolah.

Pihak berwenang meminta kepada dunia usaha untuk memberikan 10 hari esktra liburan dari Tahun Baru Imlek yang selesai di akhir Januari lalu kepada para pekerja.

Meski sudah melonggarkan pembatasan, sebagian besar para pekerja tetap memilih tidak beraktivitas di luar rumah. Pada Senin, tempat kerja masih ditutup dan banyak pekerja berkerah putih (pekerja terdidik atau profesional) memilih bekerja dari rumah.

Di salah satu jalur kereta bawah tanah yang biasanya menjadi tempat tersibuk di Beijing, kini kosong. Beberapa penumpang yang terlihat pada pagi hari pun tampak mengenakan masker.

Hubei, provinsi paling parah dilanda corona, kini masih dalam kondisi virtual lockdown atau pembatasan aktivitas di tempat terbuka. Stasiun kereta api dan bandara ditutup, beserta dengan jalanan di sekitarnya. Sekolah-sekolah juga banyak ditutup hingga akhir Februari.

Tidak hanya berdampak pada aktivitas masyarakat, virus corona juga telah membuktikan efeknya terhadap kegiatan ekonomi. Harga saham dan minyak terus turun, sementara nilai emas sebagai safe-haven naik, pada Senin. Tren ini seiring dengan jumlah korban jiwa corona yang melampaui epidemi global Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) 2002/2003 lalu.

Pasar merasa cemas dengan tingkat keparahan yang ditimbulkan corona. "Pasar akan peka terhadap berita virus corona ketika pabrik dan pelabuhan di China dibuka kembali. Sejauh mana kepekaan itu akan menunjukkan tingkat gangguan yang sedang berlangsung," tulis ekonom ANZ dalam sebuah catatan.

Bank sentral China telah mengambil berbagai langkah untuk mendukung perekonomian. Termasuk di antaranya mengurangi suku bunga dan membanjiri pasar dengan likuiditas.

Mulai Senin, mereka juga menyediakan dana khusus bagi bank untuk menawarkan kredit kembali kepada dunia usaha dalam rangka memerangi dampak negatif virus.

Perusahaan besar di China sudah menunjukkan reaksi beragam. Perusahaan multinasional Foxconn Technology Group di Taiwan sudah menerima persetujuan pemerintah Cina untuk melanjutkan produksi di pabrik tama di Zhengzhou, China. Sekitar 16 ribu orang atau kurang dari 10 persen tenaga kerja Foxconn di Zhengzhou telah kembali ke pabrik.

Kini, perusahaan yang memproduksi ponsel untuk vendor global termasuk Apple itu masih dalam tahap pembicaraan untuk melanjutkan produksi di pabrik lainnya di Shenzhen, China selatan. Sementara itu, Foxconn belum memberikan tanggapan resmi.

Berbeda halnya dengan raksasa gaming, Tencent Holdings. Perusahaan telah meminta staf untuk terus bekerja dari rumah sampai 21 Februari. Kia Motor menangguhkan produksi di tiga pabrik mobilnya di Korea Selatan pada Senin. Penyebabnya, mereka mengalami kekurangan onderdil mobil dari China seiring dengan penyebaran virus corona.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement