Kementerian Perindustrian (kemenperin) RI konsisten mendorong hilirisasi industri dalam rangka meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri. Salah satunya adalah minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan nikel.
“CPO merupakan komoditas yang sedang dioptimalkan menjadi kebutuhan domestik, karena kita sedang membangun program B30 dan dalam dua tahun ke depan akan dikembangkan menjadi B100,” papar Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita.
Indonesia merupakan produsen terbesar minyak sawit mentah (CPO) dan minyak kernel sawit mentah (CPKO) dengan produksi pada 2018 sebesar 47 juta ton. Sementara itu, ekspor minyak sawit dan produk turunannya telah menyumbang devisa negara hingga US$ 22 miliar per tahun.
Ekspor dari olahan sawit yang didominasi produk hilir cenderung meningkat dalam kurun lima tahun terakhir. Pada tahun 2018, rasio volume ekspor bahan baku dan produk hilir sebesar 19% banding 81%.
Kemenperin juga mencatat hilirisasi di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah, yakni industri nickel ore menjadi stainless steel.
Harga nickel ore kalau dijual hanya sekitar US$ 40-60, sedangkan ketika sudah menjadi stainless steel harganya bisa di atas US$ 2000. Melalui Kawasan Industri Morowali, nilai ekspor nikel sudah mampu menembus US$ 4 miliar, baik itu pengapalan produk hot rolled coil maupun cold rolled coil ke Amerika Serikat dan China.
Kontribusi Kawasan Industri Morowali juga diperlihatkan dari capaian investasi yang terus menunjukkan peningkatan, dari tahun 2017 sebesar US$ 3,4 miliar menjadi US$ 5 miliar sepanjang tahun 2018.
Editor : Eva Martha Rahayu
www.swa.co.id