Ahad 02 Feb 2020 23:46 WIB

Berpotensi, Salak Pondoh Sleman Rutin Diekspor ke China

Kementan optimistis program Gratieks tercapai salah satunya dari ekspor Salak Pondoh

Kabupaten Sleman adalah salah satu sentra andalan salak Pondoh yang saat ini rutin ekspor ke negara China. Kondisi iklim dan agroklimat yang sesuai dan lokasi sentra berdekatan dengan lereng Gunung Merapi, menjadikan salak ini dapat tumbuh subur dan berproduksi optimal.
Kabupaten Sleman adalah salah satu sentra andalan salak Pondoh yang saat ini rutin ekspor ke negara China. Kondisi iklim dan agroklimat yang sesuai dan lokasi sentra berdekatan dengan lereng Gunung Merapi, menjadikan salak ini dapat tumbuh subur dan berproduksi optimal.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dalam kurun beberapa tahun terakhir, salak kian diminati oleh pasar luar negeri. Buah eksotis tropis asli Indonesia ini tidak dimiliki oleh negara lain, oleh karena itu potensi untuk masuk ke pasar ekspor masih sangat terbuka lebar. Bahkan label salak organik di beberapa daerah sentra produksi memiliki daya tarik konsumen dalam maupun luar negeri.

Kabupaten Sleman adalah salah satu sentra andalan salak Pondoh yang saat ini rutin ekspor ke negara China. Kondisi iklim dan agroklimat yang sesuai dan lokasi sentra berdekatan dengan lereng Gunung Merapi, menjadikan salak ini dapat tumbuh subur dan berproduksi optimal.

Salah satu pengurus Asosiasi Petani Salak Sleman Prima Sembada, Joko menceritakan bahwa sampai saat ini salak Pondoh asal daerahnya masih rutin diekspor ke China. "Minimal satu sampai dua kali seminggu kita rutin kirim ke China dengan kapasitas  rata-rata 2 ton. Kalau dihitung dalam satu tahun ini kurang lebih 60 ton yang sudah kita ekspor ke China," kata dia.

Joko mengaku bahwa sebenarnya peluang pasar ekspor salak masih sangat terbuka lebar, meski kadang terkendala sifat buahnya yang cepat busuk. Untuk pengiriman ke Timur Tengah dan negara Eropa, memerlukan waktu kurang lebih 12 hari dengan menggunakan kapal.

"Kami memerlukan teknologi yang dapat memperpanjang daya simpan buah, agar kami dapat mengekspor tidak hanya ke China saja, namun bisa masuk ke negara Timur Tengah bahkan Eropa dan Amerika," harapnya.

Dia pun mengeluhkan sebagian besar tanaman salak di Kabupaten Sleman menurun produktivitasnya. Hal ini disebabkan umur tanaman yang sudah tua yaitu rata - rata mencapai 15 - 20 tahun.

Saat mendengar informasi bahwa beberapa bulan lalu Presiden Jokowi menerima tamu Presiden Argentina dengan menyuguhkan buah tropis Indonesia seperti salak, manggis, nenas dan durian, petani Sleman bersemangat. Pada saat itu, Presiden Argentina mengutarakan keinginan mereka untuk secepatnya mengimpor buah-buahan tropis Indonesia.

"Kami bermimpi salak kami bisa masuk ke negara bagian Amerika, apalagi beberapa kelompok tani di daerah sentra telah mengantongi label organik dari lembaga terakreditasi. Kami yakin konsumen luar negeri akan semakin tertarik," paparnya semangat.

Dirinya juga menggambarkan harga di petani Rp 7.500 - 8.500 per kg untuk grade-B. Isi 14 sampai 16 butir per kg sudah kelas ekspor. Untuk grade-A isi 12 butir per kilogram, terang Joko, lebih mahal lagi.

Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto, saat dikonfirmasi di kantornya mengatakan salak adalah salah satu dari 13 komoditas hortikultura andalan yang fokus untuk dikembangkan dan ditingkatkan ekspornya dalam rangka mendukung program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor atau Gratieks yang digagas Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo.

"Saat ini ekspor salak untuk mengisi pasar di Asia dan beberapa negara lainnya. Dari data BPS, volume ekspor salak 2019 sebesar 1.651 ton. Angka ini naik 33,9 persen dibandingkan 2018 sebesar 1.233 ton," kata pria yang biasa dipanggil Anton itu.

Ia menyebutkan negara tujuan ekspor salak adalah China, Kamboja, Malaysia, Singapura, Thailand, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Timor Leste, Belanda, Qatar, Hongkong, Jerman dan Inggris.

Kabupaten Sleman merupakan salah satu sentra utama salak yang rutin ekspor. Dalam rangka mewujudkan program Gratieks, ucap Prihasto, Kementan mengalokasikan program pengembangan kawasan difokuskan untuk meningkatkan produksi dan mutu salak melalui kegiatan intensifikasi untuk peremajaan tanaman salak yang telah berumur tua dan kurang produktif.

"Kita sudah siapkan teknologi untuk peremajaan tanaman salak di Sleman. Dengan demikian diharapkan ekspor salak Sleman tahun depan meningkat lagi seiring perawatan kebun yang dilakukan secara intensif," terang Anton.

Selain itu, Kementan juga memfasilitasi kegiatan registrasi kebun salak yang telah menerapkan GAP. Registrasi GAP saat ini telah menjadi persyaratan negara tujuan ekspor khususnya China.

"Untuk mendukung peningkatan ekspor salak, kami tidak mau setengah-setengah, mulai dari on farm hingga off farm kami fasilitasi dan dampingi bersama-sama dengan PPL dan Dinas Pertanian setempat. Semua pihak mendukung, petani pun semangat untuk maju. Saya optimis, salak Sleman akan mampu memberikan kontribusi yang signifikan untuk mencapai target Gratieks tersebut," tegas Anton.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement