Sabtu 01 Feb 2020 10:00 WIB

Dolar Anjok, Mata Uang Safe Haven Melonjak Terimbas Corona

Mata uang yen dan franc Swiss naik ke level tertinggi dua pekan.

Mata uang safe-haven yen Jepang dan franc Swiss melonjak ke tertinggi beberapa minggu pada akhir perdagangan Jumat waktu AS atau Sabtu(2/1) pagi WIB. Foto:Petugas memeriksa kondisi dolar Amerika Serikat di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta.
Foto: Sigid Kurniawan/Antara
Mata uang safe-haven yen Jepang dan franc Swiss melonjak ke tertinggi beberapa minggu pada akhir perdagangan Jumat waktu AS atau Sabtu(2/1) pagi WIB. Foto:Petugas memeriksa kondisi dolar Amerika Serikat di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Mata uang safe-haven yen Jepang dan franc Swiss melonjak ke tertinggi beberapa minggu pada akhir perdagangan Jumat waktu AS atau Sabtu(2/1) pagi WIB. Peningkatan mata uang ini dipicu kekhawatiran tentang dampak ekonomi global dari wabah virus corona terbaru di China semakin intensif.

Yen terangkat ke tertinggi tiga minggu terhadap dolar AS, sementara franc Swiss menguat ke tertinggi dua minggu. Dolar Australia jatuh ke level terendah empat bulan terhadap dolar AS, sementara yuan China di pasar luar negeri berjuang untuk menemukan pijakan di belakang wabah virus.

Baca Juga

Organisasi Kesehatan Dunia (WTO) pada Kamis malam (30/1/) mengatakan bahwa wabah virus corona adalah keadaan darurat global. Hal ini mendorong Amerika Serikat dan negara-negara lain memperketat pembatasan perjalanan pada Jumat (31/1).

Ketiga maskapai utama AS yakni United Airlines Holdings Inc, Delta Air Lines Inc, dan American Airlines Group Inc  mengumumkan pembatalan penerbangan ke China daratan pada Jumat (31/1). Pembatasan ini dilakukan setelah Departemen Luar Negeri AS meningkatkan travel advisory (anjuran perjalanan) karena kekhawatiran tentang virus corona.

"Ketika kita melihat gambaran keseluruhan menuju minggu ini, ada beberapa optimisme bahwa kita masih bisa melihat laba yang kuat. Ada antisipasi bahwa pada akhirnya kita akan melihat manfaat bertahap dari pengaruh kesepakatan perdagangan Fase 1 dengan Cina," kata Edward Moya, ahli strategi pasar senior di OANDA di New York.

Data AS tentang pengeluaran konsumen dan pendapatan pribadi pada awalnya mendorong dolar sedikit lebih tinggi terhadap yen dan euro.  Tetapi ternyata dampak data ekonomi AS tersebut berumur pendek.

Investor tetap terpaku pada korban dari virus dan kekhawatiran dampaknya terhadap ekonomi global, termasuk bisnis seperti maskapai penerbangan dan hotel. Korban meninggal dunia naik menjadi 259 akibat virus ini. Jumlah kasus yang dikonfirmasi di China telah meningkat melampaui 9.800, utusan Beijing untuk PBB di Wina mengatakan, sementara sekitar 131 kasus telah terjadi dilaporkan di 23 negara dan wilayah lain.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement