Jumat 31 Jan 2020 10:56 WIB

BI: Uang Beredar Tumbuh Melambat

Perlambatan uang beredar disebabkan oleh melambatnya aktiva bersih.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolanda
Karyawan menunjukan uang rupiah pecahan 100 ribu dan 50 ribu di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (23/9). BI mencatat likuiditad perekonomian tumbuh melambat pada Desember 2019.
Foto: ANTARA FOTO
Karyawan menunjukan uang rupiah pecahan 100 ribu dan 50 ribu di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (23/9). BI mencatat likuiditad perekonomian tumbuh melambat pada Desember 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) merilis laporan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) dan sempit (M1). M2 tercatat tumbuh melambat pada Desember 2019 yakni sebesar Rp 6.138,3 triliun atau tumbuh 6,6 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 7,1 persen (yoy).

Perlambatan pertumbuhan M2 disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan komponen uang beredar dalam arti sempit (M1) dan surat berharga selain saham. Uang beredar dalam arti sempit (M1) tumbuh melambat, dari 10,5 persen (yoy) pada November 2019 menjadi 7,5 persen (yoy) pada Desember 2019.

"Terutama disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan uang kartal dan giro rupiah," katanya dalam keterangan, Jumat (31/1).

Perlambatan juga terjadi pada surat berharga selain saham, dari 31,3 persen pada bulan sebelumnya menjadi 26,5 persen (yoy) pada Desember 2019. Sementara itu, komponen uang kuasi tumbuh meningkat, terutama didorong oleh pertumbuhan giro valas, sehingga menjadi faktor penahan perlambatan pertumbuhan uang beredar yang lebih dalam. 

Berdasarkan faktor yang memengaruhi, perlambatan M2 pada Desember 2019 disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan aktiva luar negeri bersih dan aktiva dalam negeri bersih. Pertumbuhan aktiva luar negeri bersih melambat, dari 4,6 persen (yoy) pada November 2019 menjadi 4,4 persen (yoy).

Sementara itu, perlambatan pertumbuhan aktiva dalam negeri bersih terutama disumbang oleh penyaluran kredit yang melambat menjadi 5,9 persen (yoy) dari capaian pada bulan sebelumnya sebesar 7,0 persen (yoy). Di sisi lain, operasi keuangan pemerintah justru tercatat ekspansi sebesar 3,7 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan ekspansi bulan sebelumnya sebesar 2,4 persen (yoy).

"Ekspansi operasi pemerintah tersebut sekaligus menjadi faktor penahan perlambatan M2 lebih dalam lagi," katanya.

Kredit perbankan tercatat melambat pada Desember. Penyaluran kredit pada Desember 2019 tercatat Rp 5.633,4 triliun. Perlambatan terjadi baik pada debitur korporasi maupun perorangan. Kredit korporasi melambat dari 7,4 persen menjadi 5,9 persen.

Sementara itu, kredit kepada perorangan melambat dari 7,8 persen pada November 2019 menjadi 7,2 persen. Perlambatan pertumbuhan kredit terjadi pada seluruh jenis penggunaan. Mulai dari kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement