Kamis 23 Jan 2020 15:00 WIB

2020, Pemerintah Terbitkan Tiga Instrumen Investasi Syariah

Jumlah lelang tahun ini turun berdasarkan evaluasi pada tahun lalu.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Surat berharga negara
Foto: Tim Infografis Republika
Surat berharga negara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menurunkan intensitas penerbitan surat berharga syariah atau sukuk tabungan sepanjang 2020. Kebijakan ini dilakukan untuk menghindari kejenuhan investor terhadap instrumen investasi berbasis syariah yang ditawarkan pemerintah.

Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu Dwi irianti mengatakan, pada tahun ini, Kemenkeu hanya akan menerbitkan satu sukuk ritel (SR) dan dua sukuk tabungan (ST). Jumlah ini hampir dua kali lipat dibandingkan tahun lalu, di mana penerbitan sukuk ritel satu kali dan sukuk tabungan hingga empat kali.

Baca Juga

Dwi menjelaskan, penurunan jumlah lelang dilakukan berdasarkan evaluasi pada tahun lalu. Semakin mendekati penghujung tahun, hasil penjualan instrumen investasi ritel yang ditawarkan Kemenkeu mengalami penurunan. 

"Tapi, kita faktornya belum tahu persis. Apakah karena penurunan yield yang menyebabkan mereka (penjualan) turun atau memang mereka (investor) sedikit jenuh," ujarnya ketika ditemui di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Kamis (23/1).

Berdasarkan data yang dikumpulkan DJPPR Kemenkeu, total penawaran empat sukuk tabungan dan satu sukuk ritel sepanjang 2019 mencapai Rp 30,03 triliun. Penawaran terbesar terjadi saat lelang SR seri SR-011 pada Maret yang sebesar Rp 21 triliun. Saat itu, tingkat imbalannya adalah 8,05 persen per tahun.

Sementara itu, besaran penawaran untuk ST003, ST004, ST005 dan SR006 adalah masing-masing Rp 3,13 triliun, Rp 2,49 triliun, Rp 1,96 triliun dan Rp 1,45 triliun. Untuk tiap instrumen, pemerintah menawarkan imbal hasil 8,15 persen (ST003), 7,95 persen (ST004), 7,40 persen (ST005) dan 6,75 persen (ST006).

Meski secara nilai penawaran menurun, Dwi mengatakan, investasi ritel berbasis syariah sebenarnya masih diminati banyak orang. Hal ini terlihat dari jumlah investor baru yang terus meningkat. Terbaru, untuk ST006, jumlah investor barunya mencapai 2.908 investor dan dinominasi oleh generasi milenial dengan kontribusi hingga 56 persen.

Rencananya, Dwi menjelaskan, penerbitan SR pada tahun ini akan dilakukan pada akhir Februari hingga awal Maret. Sementara itu, untuk dua ST lainnya, ia belum dapat menyebutkan waktu penerbitan. 

Saat ini, Dwi mengatakan, pihaknya belum dapat menentukan besaran target ataupun imbal hasil dari tiap penerbitan SR maupun ST. Tapi, ia menilai, penawaran SR pada tahun ini berpotensi menurun. 

"Challenging, karena sukuk ritel ini menjadi pertama kali online, kalau tahun lalu kan masih offline," ujarnya.

Prediksi tersebut setelah melihat realisasi penjualan Obligasi Ritel Indonesia (ORI) seri ORI016 yang ditawarkan online pertama kali pada tahun lalu. Hasil penjualannya hanya Rp 8,21 triliun, turun signifikan dibandingkan penjualan ORI015 pada 2018 yang dapat menyentuh Rp 23,37 triliun.

Dwi memprediksi, penurunan tersebut dikarenakan para investor harus melakukan proses pembelian sendiri. Berbeda halnya ketika instrumen ditawarkan offline, mereka dapat menyerahkan proses pendaftaran dan pembelian ke mitra distribusi (midis). "Jadi, sebenarnya itu masih banyak investor yang ingin dilayanin sebenernya," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement