Jumat 10 Jan 2020 15:40 WIB

BI: Inflasi Januari Lebih Rendah Sejak 2015

Inflasi bulan Januari secara historis dipengaruhi oleh makanan.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolanda
Pedagang beraktivitas di kiosnya saat sidak pasar jelang Natal dan Tahun Baru di Pasar Kosambi, Jalan Ahmad Yani, Kota Bandung, Jumat (20/12).
Foto: Abdan Syakura
Pedagang beraktivitas di kiosnya saat sidak pasar jelang Natal dan Tahun Baru di Pasar Kosambi, Jalan Ahmad Yani, Kota Bandung, Jumat (20/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia memprediksi inflasi Januari lebih rendah sejak 2015 lalu. Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyampaikan inflasi Januari diperkirakan 0,41 persen secara bulanan (mtm).

"Sesuai dengan survei pemantauan harga sampai minggu kedua di bulan Januari kami perkirakan inflasinya kalau mtm adalah 0,41 persen atau 2,81 persen secara year on year (yoy)," katanya di kompleks BI, Jumat (10/1).

Baca Juga

Menurut Perry, nilai 0,41 persen tersebut lebih rendah dari rata-rata historis 2015. Rata rata inflasi sejak 2016-2019 tercatat sebesar 0,64 persen. Inflasi bulan Januari secara historis dipengaruhi oleh makanan.

Pada Januari 2020, kenaikan terjadi pada sejumlah komoditas seperti cabai merah dengan nilai inflasi sebesar 0,16 persen, dan bawang merah 0,05 persen. Musim hujan telah mempengaruhi produksi cabai di beberapa daerah.

"Tapi, ada juga yang mengalami deflasi yakni 0,05 persen untuk transportasi udara dan bensin juga deflasi 0,04 persen," katanya.

Perry menambahkan BI terus memantau harga komoditas di area terdampak banjir, seperti Jakarta dan Depok. Saat ini, dampaknya sudah terlihat pada harga beras meski tak signifikan.

Menurutnya, dampak banjir terbatas di wilayah tertentu saja. Sementara untuk harga komoditas lainnya dinilai masih terkendali.

"Ini mengonfirmasi inflasi tahun ini masih terkendali rendah dan stabil pada kisaran 3-4 persen," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement