REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu operator penerbangan perintis, Smart Aviation mengungkapkan kebutuhan angkutan udara perintis masih besar. President Director Smart Aviation Pongky Majaya mengatakan bahkan pesawat yang ia operasikan selalu terisi.
"Sejauh ini seluruh armada kita terpakai semua, tidak ada yang kosong. Artinya kebutuhan masih banyak sekali," kata Pongky di Gedung Kemenhub, Kamis (9/1).
Saat ini, Smart Aviation memiliki fokus bisnis foto udara untuk pemetaan dan kargo di Papua. Pongky mengatakan prospek kargo di wilayah Papua untuk angkutan udara perintis sangat besar dan sudah dialami langsung oleh Smart Aviation yang mengoperasikan sembilan pesawat.
"Kalau dari segi volume, satu pesawat rata-rata melayani empat slot penerbangan per hari. Artinya rata-rata satu slot itu satu ton sampai 1,2 ton berarti satu pesawat bisa mengangkut lima sampai enam ton perhari," jelas Pongky.
Terlebih, dia menilai besarnya kebutuhan angkutan udara perintis karena kecukupan armada menjadi kendala. Begitu juga masalah SDM yang mmebutuhkan pilot andal untuk mengoperasian pesawat di daearh pegunungan.
"Kebutuhan pilot, kemampuan pilot juga harus yang bisa terbang di daerah pegunungan. Itu keahliannya berbeda dengan pilot yang menerbangkan katakanlah di Sumatra misalnya," ungkap Pongky.
Sebelumnya, Kemenhub memastiakan sudah sudah menyediakan anggaran sebesar Rp 500 miliar untuk subsidi angkutan udara perintis. Anggaran tersebut dapat digunakan hingga akhir 2020.