Rabu 08 Jan 2020 18:28 WIB

Kinerja Jangka Panjang Properti di Area Banjir Tetap Stabil

Bisnis properti di Kelapa Gading disebut tetap stabil meski kawasan itu kebanjiran.

Foto udara Jalan Boulevard Barat Raya yang tergenang banjir di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (2/1/2020). Kinerja sektor properti di Kelapa Gading tetap stabil meski kawasan itu kebanjiran.
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Foto udara Jalan Boulevard Barat Raya yang tergenang banjir di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (2/1/2020). Kinerja sektor properti di Kelapa Gading tetap stabil meski kawasan itu kebanjiran.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsultan properti Colliers International mengatakan bahwa dampak banjir yang melanda kawasan Jabodetabek beberapa waktu lalu hanya akan terasa dalam jangka pendek terhadap kinerja sektor properti. Dalam jangka panjang, bencana banjir tak terlalu berpengaruh terhadap kinerja sektor properti di kawasan Ibu Kota dan sekitarnya, terutama di dalam bidang residensial.

"Secara umum, efek jangka pendeknya akan terasa, tetapi contoh kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, meski kebanjiran propertinya tetap stabil," kata Senior Associate Director Colliers International Indonesia, Ferry Salanto, di Jakarta, Rabu.

Baca Juga

Menurut Ferry, dampak dari banjir terhadap properti hanya akan berjangka pendek, antara lain karena tanah di Jakarta secara umum tidak banyak. Dengan demikian, banyak warga yang tidak ingin pindah dan menganggap banjir adalah risiko yang harus diantisipasi, terutama ketika pembangunan infrastruktur juga semakin gencar.

"Setiap saat kalau banjir besar atau kebanjiran, (warga yang kebanjiran) tidak ada terbersit dari mereka untuk pindah karena secara historis mereka sudah merasa nyaman," kata Ferry.

Masih terkait dengan banjir, Ferry juga menyatakan gagasan untuk menghapus Amdal adalah hal yang kurang pas. Ia mengatakan, salah satu penyebab banjir adalah proses pembangunan yang tidak sesuai dengan tata ruang yang telah ditetapkan.

Sementara itu, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono telah menyampaikan kebijakan manajemen krisis dalam mengantisipasi banjir susulan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprakirakan pada 10-15 Januari akan terjadi puncak banjir .

"Semua kami tidak lanjuti," ujar Basuki di Jakarta, Senin (6/1).

Basuki mengemukakan PUPR melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) telah melakukan survei di 180 titik rawan banjir, salah satunya disebabkan saluran air kecil, drainase tertutup, dan tanggul jebol. Salah satu yang menjadi perhatiannya adalah banyaknya tanggul yang jebol di wilayah Bekasi, Jawa Barat.

Pihaknya tengah berupaya untuk memperbaiki sehingga banjir tidak kembali terjadi. Selain itu, PUPR juga akan memperlebar dan memperdalam embung atau penampungan air di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.

"Halim kenapa banjir? Karena embungnya tidak mampu menampung. Kami perlebar, dari 20 ribu meter kubik menjadi 50 ribu meter kubik kapasitasnya. Kedalamannya juga, dari dua meter kita jadikan lima meter. Kami juga segera tindak lanjuti sekarang," ucap Basuki.

Tak hanya itu, lanjut dia, pihaknya juga akan memperbaiki drainase di sejumlah titik jalan tol, terutama KM 24 yang tersumbat akibat proyek kereta cepat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement