Selasa 07 Jan 2020 17:22 WIB

Rupiah Ditutup Menguat di Level Rp 13.890

BI melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi di perdagangan DNDF.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolanda
Teller menghitung uang rupiah di Bank BNI KCP Tubagus Angke, Grogol Petamburan, DKI Jakarta, Jumat (03/01/2020).
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Teller menghitung uang rupiah di Bank BNI KCP Tubagus Angke, Grogol Petamburan, DKI Jakarta, Jumat (03/01/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam perdagangan sore ini, Selasa (7/1), rupiah ditutup menguat di level Rp 13.890 dari penutupan pasar sebelumnya di level Rp 13.957. Direktur PT Garuda Berjangka, Ibrahim, mengatakan penguatan ini salah satunya disebabkan intervensi yang dilakukan pemerintah dan Bank Indonesia (BI).

Di awal 2020, pemerintah terus melakukan konsolidasi guna mengantisipasi gejolak politik akibat ketegangan di Timur Tengah antara Amerika Serikat (AS) dan Iran. Sementara itu, pada hari ini BI kembali melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi di perdagangan DNDF. Perdagangan tersebut sudah aktif bertransaksi dari pembukaan pagi.

Baca Juga

"Intervensi bersama yang dilakukan oleh BI dan pemerintah membawa keberkahan tersendiri di tengah mata uang lainnya melemah sehingga mata uang garuda kembali perkasa dipenutupan pasar sore ini," kata Ibrahim, Selasa (7/1).

Dari sisi eksternal, pergerakan rupian dipengaruhi kehatiam-hatian pasar terhadap situasi di Timur Tengah seiring meningkatnya kekhawatiran tentang konflik bersenjata antara AS dan Iran. Pekan lalu, Presiden AS Donald Trump memerintahkan serangan pesawat tak berawak di Baghdad dan menewaskan komandan militer Iran Qassem Soleimani.

Kejadian ini pun meningkatkan ketegangan antara kedua negara. Para pemimpin Iran sendiri telah berjanji untuk membalas pembunuhan itu.

Meski demikian, pada perdagangan besok rupiah diprediksi akan melanjutkan penguatannya. Menurut Ibrahim, rupiah kemungkinan akan ditransaksikan di level 13.850-13.950.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement