Senin 06 Jan 2020 15:38 WIB

Properti dan Kendaraan Paling Banyak Diklaim Usai Banjir

Banyak aset yang dimiliki warga ikut rusak bahkan lantaran terbawa derasnya arus air.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolanda
Montir memperbaiki mobil bekas terendam banjir, di salah satu bengkel mobil di Cawang, Jakarta, Senin (6/1/2020).
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Montir memperbaiki mobil bekas terendam banjir, di salah satu bengkel mobil di Cawang, Jakarta, Senin (6/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sepekan belakang, wilayah Jabodetabek dilanda hujan deras berkepanjangan. Intensitas hujan yang tinggi itu pun membuat sebagian besar ibu kota dan daerah di sekitarnya dilanda banjir. 

Akibatnya, banyak aset yang dimiliki warga ikut rusak bahkan lantaran terbawa derasnya arus air. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) pun memperkirakan akan terjadi peningkatan pengajuan klaim di awal tahun ini. 

Baca Juga

"Dibandingkan dengan periode sebelumnya, baik sebelumnya maupun tahun sebelumnya, memang peristiwa banjir saat pergantian tahun kemarin akan menyebabkan estimasi klaim banjir lebih tinggi," kata Direktur Eksekutif AAUI Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe, Senin (6/1).

Menurut Dody, asuransi properti dan asuransi kendaraan bermotor biasanya merupakan dua jenis polis yang paling berpotensi mengajukan klaim banjir. Meski demikian, Dody mengaku belum dapat merinci seberapa besar lonjakan permintaan klaim tersebut. 

photo
Sebuah mobil yang terseret arus banjir melintang di jalan di Kompleks IKPN Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta, Jumat (3/1/2019).

Sampai saat ini AAUI masih belum mendapatkan rekap data nilai klaim banjir. Hal tersebut lantaran semua perusahaan asuransi masih dalam proses penanganan klaim di perusahaan masing-masing. 

"Kami belum dapat, setelah selesai menangani klaim di perusahaan masing-masing baru kami akan mendapatkan rekap data sementaranya," tutur Dody.

Dody memastikan pengajuan klaim nantinya akan bertambah seiring kondisi warga mulai kembali normal. Saat pertama terjadi banjir, menurut Dody, tertanggung masih akan sibuk memprioritaskan penyelamatan jiwa terlebih dahulu. 

Lain halnya, Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Togar Pasaribu, mengatakan klaim asuransi jiwa tidak terlalu berpengaruh usai bencana banjir ini. Di samping jumlah korban jiwa yang hanya sedikit, tidak semua dari mereka memiliki polis asuransi jiwa. 

"Korban yang meninggal kalau punya asuransi jiwa, pasti di tanggung. Tapi dari 60 korban meninggal dunia, mungkin tidak banyak yang punya polis asuransi jiwa," terang Togar. 

Menurut Togar, hal tersebut mencerminkan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya memproteksi diri dan keluarga melalui asuransi jiwa. Dengan kondisi cuaca dan geografis di Indonesia yang rentan bencana ini, asuransi jiwa sangatlah dibutuhkan.

"Kalau situasi seperti ini (banjir), asuransi sangat penting kan. 

Ini baru banjir, bagaimana kalau gempa bumi, tsunami, hingga longsor," kata Togar.

Retno Wulandhari

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement