REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) optimistis pertumbuhan konsumsi listrik tahun ini bisa lebih baik dibandingkan 2019. General Manager PLN Disjaya, Ikhsan Asaad mentargetkan pertumbuhan konsumsi listrik tahun ini bisa mencapai 6,3 persen.
Ikhsan menjelaskan memang untuk mempertahankan konsumsi listrik tahun 2019 agak sulit. Selain karena adanya pemilu, pergeseran industri juga menjadi salah satu tantangan dalam pertumbuhan konsumsi listrik. Untuk di Jakarta, kata Ikhsan, saat ini bergantung pada pertumbuhan bisnis dan ritel.
"Kalau kemarin 2019 kami tumbuh 6 persen. Kami targetkan di tahun ini bisa tumbuh 6,3 persen," ujar Ikhsan, Rabu (1/1).
Ikhsan menjelaskan pertumbuhan ini nantinya akan ditopang dari beroperasinya LRT dan juga perkantoran baru. Ikhsan menjelaskan untuk LRT saja sudah melakukan penandatanganan kontrak dengan PLN untuk pasokan sebesar 50 MW. Ikhsan pun mengatakan potensi konsumsi listrik bisa lebih besar dengan terbangunnya TOD di seputaran stasiun LRT.
"Kami udah jalin kerja sama dengan LRT dan juga beberapa perkantoran baru. Ini bisa menjadi salah satu peningkatan konsumsi listrik," ujar Iksan.
Jika pada tahun lalu PLN membukukan pendapatan sebesar Rp 274 miliar, maka PLN Disjaya menyumbang 16 persen dari total pendapatan perusahaan. "Kami kemarin bisa capai Rp 44 miliar," ujar Ikhsan.
Menteri ESDM, Arifin Tasrif pun meminta kepada PLN untuk bisa memperluas pasar agar bisa mendorong pertumbuhan konsumsi listrik lebih baik lagi. Sebab, Arifin memprediksi pertumbuhan konsumsi listrik pada tahun 2020 tak sampai 5 persen.
"Semestinya asumsi konsumsi listrik ada di atas pertumbuhan ekonomi. Tapi sekarang di bawah, proyeksi di bawah 5 persen kita harapkan dengan menciptakan suasana yang menarik agar investasi mau masuk," ujar Arifin akhir pekan lalu.