Kamis 26 Dec 2019 10:09 WIB

Bea Masuk Dibebaskan, Impor Kedelai Cina dari AS Melonjak

Impor kedelai oleh Cina dari Amerika Serikat (AS) pada November 2019 melonjak

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Christiyaningsih
Sebuah truk melintas di depan kontainer produk asal Cina di Pelabuhan Savannah, Georgia, Amerika Serikat. Impor kedelai oleh Cina dari Amerika Serikat (AS) pada November 2019 melonjak. Ilustrasi.
Foto: AP Photo/Stephen B. Morton
Sebuah truk melintas di depan kontainer produk asal Cina di Pelabuhan Savannah, Georgia, Amerika Serikat. Impor kedelai oleh Cina dari Amerika Serikat (AS) pada November 2019 melonjak. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Impor kedelai oleh Cina dari Amerika Serikat (AS) pada November 2019 mengalami lonjakan dari tahun sebelumnya. Lonjakan itu disebut-sebut sebagai dampak dari pembebasan tarif bea masuk dari Cina atas eksportir kedelai AS.

Dikutip dari Reuters pada Kamis (26/12), Cina tercatat mengimpor kedelai sebanyak 2,56 juta ton atau naik dari tahun lalu sebesar 1,147 juta ton. Kenaikan itu terjadi setelah Beijing mengeluarkan keputusan keringanan untuk membebaskan bea masuk untuk beberapa kargo di AS.

Baca Juga

Pengiriman kedelai AS sempat anjlok pada tahun lalu karena importir Cina menjauhi AS setelah Beijing mengenakan bea masuk yang cukup besar atas barang-barang dari AS. Bea masuk dikenakan pula untuk kedelai dan itu menjadi bagian dari perang dagang jangka pendek.

Namun, Cina akhirnya kembali membuka ruang bagi kargo AS setelah dua negara itu menyetujui gencatan senjata pada akhir 2018 lalu. Beijing kemudian kembali memberikan tarif bebas bea masuk sebagai niatan baik untuk Washington demi meredam perang dagang.

Selain dari AS, Cina juga tercatat mendatangkan kedelai impor dari Brasil sebesar 3,837 juta ton pada November. Impor kedelai dioptimalkan menjelang akhir tahun untuk persiapan menjelang libur musim semi di Cina. Pasokan kedelai di AS juga mencapai puncak produksinya pada kuartal IV tiap tahunnya karena bertepatan dengan musim panen.

Kedelai digunakan Cina untuk dibuat menjadi minyak kedelai dan soymeal untuk bahan baku pakan ternak, terutama babi. Kendati demikian, volume permintaan kedelai dari Cina cukup tertahan lantaran demam babi afrika atau Asian Swine Fever (ASF) yang mengurangi drastis populasi babi di Cina.

Namun, pemerintah Cina telah membuat langkah antisipatif untuk mengembalikan kembali populasi babi dan serangkaian antisipasi untuk mencegah perluaan virus ASF. Mengingat, daging babi merupakan salah satu makanan favorit masyarakat Cina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement