Rabu 18 Dec 2019 08:44 WIB

Anggota Bank Dunia Fasilitasi Pembiayaan Hijau ke BTPN

Pembiayaan hijau akan dipakai BTPN untuk UMKM, terutama yang dimiliki perempuan.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolanda
BTPN
Foto: Antara
BTPN

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- International Finance Corporation (IFC), anggota kelompok Bank Dunia menyediakan fasilitas pinjaman sebesar 150 juta dolar AS kepada PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Tbk. Adapun fasilitas pinjaman ini memiliki masa tenor empat tahun.

Direktur Utama BTPN Ongki Wanadjati mengatakan dana yang diperoleh dari fasilitas ini akan digunakan untuk meningkatkan pembiayaan hijau (green financing) dan pinjaman kepada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Pemanfaatan dana ini akan berfokus pada dua bidang di antaranya memperkecil kesenjangan pembiayaan melalui pendanaan jaringan rantai pasok (supply chain financing) dan mendorong pembiayaan pada pengusaha UMKM wanita.

“Saat ini pembiayaan hijau dan pembiayaan rantai pasok di Indonesia masih berada pada tahap awal pengembangan. Kami merasa senang dapat bermitra dengan lembaga keuangan multilateral yang kuat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan dan mengurangi kesenjangan permintaan pembiayaan hijau dan pembiayaan rantai pasok,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (18/12).

Ongki menjelaskan dengan keahlian global dalam pembiayaan yang berwawasan lingkungan dan pembiayaan rantai pasok, IFC akan membantu BTPN untuk membangun kapasitasnya dalam pembiayaan hijau. Hal pertama dengan menyiapkan untuk mengukur penurunan emisi gas rumah kaca serta memberi dukungan untuk mengembangkan bisnis BTPN dalam Pembiayaan Rantai Pasok. 

“Dengan proyek ini, BTPN diharapkan dapat meningkatkan nilai penyaluran kreditnya kepada UMKM yang dimiliki oleh wanita serta penyaluran kredit kepada nasabah wanita,” ucapnya.

Country Manager IFC untuk Indonesia, Malaysia, dan Timor Leste Azam Khan menambahkan pihaknya membantu UMKM yang dimiliki oleh perempuan. Investasi tersebut juga menunjukkan bahwa proyek hijau layak untuk dibiayai, menggarisbawahi pentingnya penerapan standar dan best practice bagi institusi keuangan lainnya.

"Selain itu, fasilitas ini juga akan mendukung upaya pemerintah untuk menjadikan Pembiayaan Iklim (climate finance) sebagai kelas aset yang utama," ucapnya.

Menurutnya dukungan pembangunan yang berkelanjutan melalui pembiayaan hijau dan menurunkan kemiskinan melalui inklusi keuangan merupakan salah satu prioritas utama IFC di Indonesia. Sejak 2005, IFC telah menyediakan pembiayaan jangka panjang untuk proyek-proyek iklim senilai lebih dari 24 miliar dolar AS di samping mobilisasi inti senilai hampir 19 miliar dolar AS.

Pada 2019 menurutnya IFC telah berinvestasi pada 93 proyek terkait iklim. Proyek ini membantu mencegah timbulnya emisi karbon dioksida dengan jumlah yang setara dengan 15,5 juta ton.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement