REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mengatakan rencana ekspor benih lobster masih dalam tahap pengkajian. Sejumlah pemangku kepentingan akan bertemu membahas rencana tersebut.
"Mau ekspor atau tidak, itu tergantung hasil penelaahannya seperti apa," ujar Edhy usai 'Temu Stakeholders Pendidikan dan Bisnis Kelautan dan Perikanan' di Ballroom Gedung Mina Bahari 3, Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Senin (16/12).
Edhy menyampaikan ada masyarakat yang sudah tergantung hidupnya dengan menangkap lobster. Kata Edhy, pemerintah tentu harus memikirkan nasib masyarakat yang selama ini bergantung pada sektor benih lobster.
"Kalau disetop, penyelundupan masih banyak. Dari karantina ada datanya," ucap Edhy.
Oleh karena itu, Edhy mengaku sedang melakukan koordinasi dengan sejumlah pihak terkait. Edhy menilai selain memiliki tantangan dan hambatan, sektor benih lobster juga memiliki peluang untuk dimanfaatkan.
"Kita akan lakukan dengan baik, secepatnya," kata Edhy.
Menurut Edhy, pembahasan aturan perdagangan benih lobster ini harus didiskusikan dengan kepala dingin guna menemukan solusi terbaik. Edhy menyebut, penyelundupan benih lobster untuk diekspor ke luar negeri marak terjadi sehingga dikhawatirkan dapat mengganggu keberlanjutan ekosistem lobster di alam. Di lain sisi, banyak nelayan kecil yang menggantungkan hidup dari perdagangan benih lobster ini. Edhy mengungkapkan, berdasarkan komunikasi dengan para ahli diketahui bahwa tingkat kelangsungan hidup (survival rate/SR) benih lobster di alam hingga dewasa hanya mencapai satu persen. Hal ini diperkuat dengan hasil riset Carribean Sustainable Fisheries dan Australian Center for International Agriculture Research. Oleh karena itu ia menilai, untuk mengoptimalkan pemanfaatannya diperlukan upaya-upaya pendukung. Salah satunya adalah melalui kegiatan pembesaran.
“Benih lobster ini kalau tidak kita besarkan sendiri atau kita tidak lakukan pemanfaatannya, dia secara alamiah yang hidup itu maksimal satu persen, bahkan di beberapa penelitian tidak sampai satu persen," ungkap Edhy.