Jumat 13 Dec 2019 20:16 WIB

Menelusuri Jejak Usaha Garuda Tauberes Indonesia

Nama usaha Garuda Tauberes Indonesia menggelitik tawa Menteri BUMN Erick Thohir.

Red: Nur Aini
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir
Foto: Republika/Sapto Andika
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri BUMN Erick Thohir mengaku tidak bisa menahan tawa setelah mendengar keberadaan cucu usaha PT Garuda Indonesia Persero Tbk yang bernama PT Garuda Tauberes Indonesia. Erick tertawa lepas mendengar nama perusahaan cucu Garuda tersebut.

"Yang menarik, mohon maaf, buat saya sih menggelitik. Ada cucu Garuda namanya PT Garuda Tauberes Indonesia," ujar Erick, yang tidak bisa menahan tawanya setelah berkomentar di Jakarta, Jumat (13/12).

Baca Juga

Ketika ditanya lebih lanjut, Erick belum mengetahui perusahaan tersebut bergerak di bidang apa. Berdasarkan penelusuran dari dokumen pemberitaan, anak perusahaan Garuda Indonesia tersebut dirilis ke publik pada 11 September 2019. Garuda Tauberes mengklaim dirinya sebagao aplikasi logistik digital yang memfasiltasi tiga fitur utama, yaitu kirim paket, kargo udara, dan belanja online.

Mengutip laman resmi perusahaan, GTI beralamat di Gedung Garuda Indonesia Gunung Sahari Jalan Gunung Sahari Raya No 52 Jakarta 10610. Belum banyak informasi yang tertera dalam situs tersebut. Di situs yang beralamat di tauberes.co.id ini, aplikasi layanan pun tercatat masih dalam versi beta.

Erick menyinggung soal anak usaha tersebut, setelah menanggapi pertanyaan media tentang banyaknya jabatan komisaris di anak usaha Garuda yang dipegang mantan dirut Garuda Indonesia, Ari Askhara.

"Kalau nggak salah dia komisaris di enam anak perusahaan. Itu dicopot semua," ujarnya.

Erick mengaku heran dengan banyaknya jabatan komisaris yang bisa dipegang Ari Askhara. Sebab, menurut dia, rangkap jabatan semacam itu di sebuah korporasi tidak sehat dan tidak mencerminkan tata kelola yang baik. Maka itu, dia mengkaji ulang ketentuan terkait rangkap jabatan. Selain itu, ia menyatakan akan mengkaji keberadaan anak dan cucu usaha BUMN, yang kerap bertolak-belakang dengan bisnis inti dari perusahaan BUMN tersebut.

"Cucu perusahaan harus ada review (kajian) dari kami. Jangan sampai nantinya menggerogoti perusahaan yang sehat," ujarnya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement