REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia meminta pemerintah dapat menyelesaikan permasalahan yang dialami PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Sebab, jika permasalahan ini tidak ditangani secara cepat maka berpotensi menganggu industri asuransi jiwa secara keseluruhan.
Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon mengatakan penyelesaian Jiwasraya harus dapat diterima semua pihak yang mencakup perusahaan, pemegang saham hingga para nasabah. Sehingga, tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
"Kalau solusinya lambat hari ini kita lihat untungnya industri jiwa belum mengalami imbas. Kita lihat setahun dua tahun lagi tanpa solusi yang kami khawatirkan citra industri asuransi jiwa kena imbas," ujarnya usai konferensi pers Kinerja Industri Asuransi Jiwa Kuartal III 2019 di Kantor AAJI, Jakarta, Rabu (11/12).
Menurutnya saat ini industri asuransi jiwa terus mengalami pertumbuhan cukup signifkan. Artinya, permasalahan yang dialami Jiwasraya belum memiliki dampak terhadap industri asuransi jiwa.
"Kami ada 60 anggota asosiasi asuransi jiwa, mungkin ada satu atau dua mengalami catatan tapi tolong dilihat yang lainnya membayarkan asuransi kepada pemilik polis hingga Rp 134 triliun dalam tempo sembilan bulan," ucapnya.
Budi menambahkan pihaknya memposisikan sebagai asosiasi yang artinya tidak memiliki wewenang dalam menyelesaikan permasalahan Jiwasraya. Tak hanya itu, asosiasi juga tidak memiliki tanggung jawab terhadap keputusan apapun dari permasalahan Jiwasraya.
"Kita sama-sama luruskan posisi asosiasi, perkumpulan perusahaan asuransi jiwa jadi apakah kami harus mencari solusi ketika ada anggota yang mengalami masalah? Bukan kami karena bukan pemegang saham juga," ucapnya.
Ke depan, pihaknya menyakini pemerintah dan beberapa pihak terkait dapat menyelesaikan permasalahan Jiwasraya. Bahkan, dia pun menyakini industri asuransi jiwa tetap tumbuh dengan catatan positif.
"Meskipun ada anggota kami sedang mengalami catatan tapi premi tumbuh secara industri dan kemampuan membayar manfaat asuansi kepada nasabah sama sekali tidak kena imbasnya bukan karena satu dua (perusahaan) sedang pilek, yang lainnya juga pilek," ucapnya.