Senin 09 Dec 2019 14:04 WIB

BI Perkirakan Neraca Pembayaran Surplus 1,5 Miliar Dolar AS

Neraca pembayaran Indonesia masih defisit 46 juta dolar AS hingga paruh ketiga 2019.

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Endy Dwi Tjahjono bersama Senior Vice President Kepala Ekonom BNI, Ryan Kriyanto saat menyampaikan paparan dalam Pelatihan Wartawan Bank Indonesia di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Senin (9/12).
Foto: Republika/Dedy D Nasution
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Endy Dwi Tjahjono bersama Senior Vice President Kepala Ekonom BNI, Ryan Kriyanto saat menyampaikan paparan dalam Pelatihan Wartawan Bank Indonesia di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Senin (9/12).

REPUBLIKA.CO.ID, MANGGARAI BARAT -- Bank Indonesia (BI) memperkirakan neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada akhir tahun ini akan berbalik menjadi surplus 1,5 miliar dolar AS. Pada 2018, kondisi NPI mengalami defisit sebesar 7,1 miliar dolar AS.

"Secara keseluruhan, tahun ini neraca transaksi berjalan akan lebih baik di bawah tiga persen produk domestik bruto (PDB) atau sekitar 2,7 persen dengan secara keseluruhan neraca pembayaran Indonesia surplus sebesar 1,5 miliar dolar AS," kata Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter BI Endy Dwi Tjahjono di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Senin (9/12).

Baca Juga

Perbaikan ditopang perkembangan NPI hingga kuartal III 2019, yang menurut Endy, makin membaik. Neraca transaksi berjalan yang kerap defisit mempu dikompensasi dengan surplusnya neraca finansial dan modal.

Pada kuartal III 2019, defisit transaksi berjalan sebesar 7,7 miliar dolar AS atau sebesar 2,7 persen PDB. Sementara neraca transaksi modal dan finansial mencapai surplus dengan besaran 7,6 miliar dolar AS ditopang derasnya aliran modal asing yang masuk.

Jadi, meski NPI masih mencatatkan defisit 46 juta dolar AS di paruh ketiga tahun ini, jumlahnya menurun signifikan dibandingkan kuartal II 2019 yang sebesar 2 miliar dolar AS.

Pada kuartal IV 2019, BI melihat arus modal asing yang masuk kian deras. Parameternya, pada Oktober dan November 2019, cadangan devisa bergerak relatif stabil dengan total nilai pada bulan kesebelas menjadi 126,6 miliar dolar AS.

Endy mengharapkan semakin derasnya aliran modal asing di paruh terakhir tahun ini serta perbaikan defisit transaksi berjalan akan mendorong kondisi NPI mejadi surplus.

Defisit transaksi berjalan 2019 ini diperkirakan BI akan menurun menjadi 2,7 persen dari produk domestik bruto (PDB) dibanding pada 2018 yang sebesar 2,93 persen PDB.

Penurunan defisit transaksi berjalan ini tidak lepas dari catatan surplus neraca perdagangan di bulan pertama pada kuartal IV 2019 atau Oktober 2019 yang sebesar 161,3 juta dolar AS.

Adapun NPI merupakan parameter ketahanan ekonomi ekternal Indonesia. NPI mencerminkan aliran keluar dan masuk valuta asing ke Indonesia. Jika NPI surplus, maka ketahanan ekonomi Indonesia terhadap tekanan ekonomi eksternal akan semakin kuat. Hal sebaliknya terjadi jika NPI defisit. Selama ini yang paling membebani NPI adalah neraca transaksi berjalan yang terdiri dari transaksi barang dan jasa.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement