Jumat 06 Dec 2019 23:54 WIB

Holding Perkebunan Nusantar Kurangi Jumlah PTPN

Sebanyak 14 PTPN menjadi hanya lima perusahaan.

Pekerja mengumpulkan getah karet di perkebunan PTP Nusantara IX Sukamangli, Desa Selosabrang, Bejen, Temanggung, Jawa Tengah, Jumat (1/11/2019).
Foto: Antara/Anis Efizudin
Pekerja mengumpulkan getah karet di perkebunan PTP Nusantara IX Sukamangli, Desa Selosabrang, Bejen, Temanggung, Jawa Tengah, Jumat (1/11/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Holding Perkebunan Nusantara berencana mengurangi jumlah perusahaan Perkebunan Nusantara (PTPN). Sebanyak 14 PTPN menjadi hanya lima perusahaan.

PTPN III Holding sebagai induk usaha tersebut menjelaskan efisiensi pada biaya operasional dan upaya untuk peningkatan produktivitas menjadi alasan di balik rencana perampingan perusahaan tersebut.

"Nantinya PTPN itu seperti arahan Pak Menteri (Erick Thohir), BUMN akan dikurangi. Kami sudah rencanakan ini dan mengusulkan menjadi lima (perusahaan)," kata Pelaksana Tugas Direktur Utama PTPN III Holding Abdul Ghani di Jakarta, Jumat (6/120.

Abdul Ghani menjelaskan efisiensi jumlah perusahaan PTPN ini akan dilakukan sesuai dengan wilayah kerja dan komoditas yang menjadi bisnis utama. Holding Perkebunan Nusantara yaitu PTPN III sebagai perusahaan induk dari 13 BUMN perkebunan ini memiliki total lahan seluas 1,19 juta hektare.

Komoditas utama yang menjadi inti bisnis Holding Perkebunan Nusantara adalah kelapa sawit, karet, teh, tebu, kopi arabika, kopi robusta, kakao, dan tembakau.

"Sesuai dengan komoditas dan wilayah. Dengan cara seperti itu, dari jumlah yang banyak terpecah-pecah dengan jumlah sedikit tentunya akan menjadi lebih efisien. Konsolidasi akan lebih mudah," kata Abdul Ghani.

Untuk meningkatkan produktivitas dari segi SDM, Holding Perkebunan Nusantara juga akan mengendalikan biaya labour cost dengan mengganti karyawan yang sudah memasuki masa pensiun. Sementara itu, karyawan yang masih bekerja ditingkatkan kompetensi mereka.

Dalam meningkatkan pendapatan konsolidasi, perusahaan juga akan fokus mengembangkan penjualan produk perkebunan ke pasar ritel dan melakukan branding.

"Kami sudah membentuk divisi khusus ritel. Bayangkan, jika produksi gula kami yang mencapai 800.000 ton ke ritel sebagian. Ini akan membantu pemerintah dan ada penambahan nilai," kata dia.

Holding Perkebunan Nusantara menargetkan Januari 2020 penjualan produk ke pasar ritel sudah berjalan. Perusahaan juga sudah menyiapkan kerja sama dengan pihak swasta untuk pengelolaan pabrik gula dan kelapa sawit.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement