Selasa 03 Dec 2019 14:48 WIB

Luhut: Kurs Rupiah Bisa di Bawah Rp 10.000 per Dolar AS

Untuk menguatkan kurs rupiah, pemerintah akan menekan current account deficit (CAD).

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Karyawan menunjukan uang rupiah pecahan 100 ribu dan 50 ribu di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (23/9/2019).
Foto: ANTARA FOTO
Karyawan menunjukan uang rupiah pecahan 100 ribu dan 50 ribu di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (23/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordiantor Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mentargetkan dua tahun mendatang kurs rupiah terhadap dolar AS bisa lebih baik daripada hari ini. Ia bahkan memprediski kurs rupiah terhadap mata uang negeri Paman Sam tersebut bisa di bawah Rp 10.000 per dolar AS.

"Kami memprediksi rupiah bisa dibawah Rp 10.000 per dolar AS. Cadangan dolar AS kita juga bisa banyak kalau dalam dua tahun kedepan strategi kita dalam menekan current account deficit (CAD) bisa berjalan sesuai rencana," ujar Luhut di Kantornya, Selasa (3/12).

Baca Juga

Rencana yang dimaksud Luhut adalah mengoptimalkan ekspor dan menekan impor dengan berbagai jurus. Jurus pertama kata Luhut adalah mempercepat proses hilirisasi.

Ia menjelaskan, dengan mempercepat hilirisasi contohnya untuk komoditas nikel maka bisa memberikan nilai tambah. "Saya jelaskan mengenai program pemerintah soal hilirisasi. Itu penting untuk memperngaruhi CAD kita. ekspor kita kan nilai tambah contoh nikel ore kan bagus," ujar Luhut.

Sedangkan ketergantugan negara atas impor minyak juga bisa terlepas dengan program biodiesel. Ia merinci dengan proyek B20 kemarin saja, pemerintah bisa menghemat 25 persen dari total impor minyak untuk solar yang mencapai Rp 300 triliun.

"Kalau misalnya program B30 juga jalan, maka penghematannya bisa kita naikan lagi menjadi 35 persen," ujar Luhut.

Luhut pun memproyeksikan dengan berjalannya rencana rencana ini, maka bukan tidak mungkin negara tidak perlu melakukan impor minyak. "Kami lagi itung berapa persen tadi B50-B100 apa iya kita gak perlu lagi impor energi," ujar Luhut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement