Senin 02 Dec 2019 12:48 WIB

Inflasi November Tinggi, BPS: Desember akan Naik Lagi

Secara tren, inflasi Desember akan lebih tinggi dibandingkan inflasi November.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolanda
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto (tengah)
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto (tengah)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi laju inflasi pada Desember ini akan lebih tinggi dibanding inflasi sepanjang November 2019. Sejumlah komoditas, seperti bahan makanan maupun ongkos transportasi diyakini akan menjadi pemicu utama inflasi.

"Bulan Desember akan selalu lebih tinggi dari November, tapi mudah-mudahan juga bisa lebih terkendali," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (12/2).

Baca Juga

BPS meminta pemerintah untuk menyiapkan langkah antisipasi demi menjaga laju inflasi pada akhir tahun. Terutama terhadap komoditas bahan makanan yang rentan terhadap cuaca serta harga tiket pesawat yang diyakini bakal merangkak naik.

Sebagai informasi, pada November BPS mencatat laju inflasi mencapai 0,14 persen atau naik dari bulan sebelumnya yang hanya 0,02 persen. Adapun inflasi tahunan November sebesar 3 persen lebih rendah dibanding inflasi tahunan Oktober sebesar 3,13 persen.

Sementara itu, berdasarkan tren dua tahun (2017-2018) sebelumnya, inflasi pada bulan Desember tercatat tembus hingga 0,71 persen dan 0,62 persen, sedangkan inflasi tahunan masing-masing 3,61 persen dan 3,13 persen.

Komoditas utama yang memicu inflasi sepanjang bulan November bersumber dari kelompok bahan makanan yang mengalami inflasi 0,37 persen. Di antaranya, bawang merah 0,07 persen, tomat sayur 0,05 persen, daging ayam ras 0,03 persen, kemudian telur ayam ras, bayam, jeruk, dan tomat masing-masing 0,01 persen.

Adapun, komoditas yang menyumbang deflasi November 2019, yakni cabai merah 0,08 persen, ikan segar dan cabai rawit masing-masing 0,02 persen, serta cabai hijau 0,01 persen.

Khusus komoditas beras, BPS mencatat harga beras medium di tingkat penggilingan naik 0,93 persen dibanding bulan sebelumnya menjadi Rp 9.522 per kg. Begitu pula harga beras premium yang naik hingga 0,86 persen menjadi Rp 9.742 per kg.

Naiknya harga beras itu tidak lepas dari pengaruh kenaikan harga gabah. Suhariyanto memaparkan, harga gabah kering panen (GKP) di petani naik 1,71 persen dari Rp 5.508 per kg menjadi Rp 5.619 per kg sedangkan harga gabah kering giling (GKG) juga naik 2,02 persen dari Rp 5.012 per kg menjadi Rp 5.098 per kg.

Namun, Suhariyanto berpendapat, mesi harga beras menunjukkan tren kenaikan, fluktuasi harga beras sepanjang tahun ini cenderung terkendali di banding tahun-tahun sebelumnya. "Khusus beras saya tidak khawatir karena dalam beberapa bulan terakhir cenderung terkendali," kata Suhariyanto.

Lebih lanjut, terkait harga tiket pesawat, Suhariyanto mengatakan, secara normal harga tiket bakal naik karena adanya permintaan konsumen. Pada November ini, kata Suhariyanto, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami deflasi sebesar 0,07 persen. Lebih detail secara komoditas, tarif tiket pesawat masih deflasi sebesar 0,02 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement