Rabu 27 Nov 2019 08:23 WIB

Pertamina Beberkan Tantangan Sektor Migas pada Era Ini

Pertamina menggelar Pertamina Energy Forum untuk yang ke-7 kalinya

Rep: Anastasia AS (swa.co.id)/ Red: Anastasia AS (swa.co.id)
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati pada saat pembukaan Pertamina Energy Forum 2019 di Jakarta.
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati pada saat pembukaan Pertamina Energy Forum 2019 di Jakarta.

PT Pertamina menggelar Pertamina Energy Forum untuk yang ke 7 kalinya di Raffles Hotel Jakarta pada tanggal 26-27 November. Acara ini merupakan rangkaian hari ulang tahun Pertamina yang ke 62 pada 10 Desember 2019 mendatang.

Dalam sambutannya, Nicke Widyawati, Direktur Utama PT Pertamina, mengatakan masih banyak tantangan dan pekerjaan rumah yang harus dibereskan di sektor energi. Beberapa di antaranya adalah semakin minimnya ketersediaan sumber daya alam, terjadinya perubahan iklim, urbanisasi, meningkatnya jumlah populasi, dan meningkatnya kebutuhan energi.

“Adanya global megatrand pada abad ke-18 dengan memunculkan revolusi industri yang mengeksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran, mengakibatkan berkurangnya ketersedian sumber daya alam dan berubahnya suhu bumi secara ekstrim. Di sisi lain, terjadi pertumbuhan populasi yang sangat cepat, sehingga membuat kebutuhan energi semakin meningkat,” kata dia. Oleh karena itu, menurutnya, perlu adanya solusi dengan menggunakan teknologi agar ke depan kebutuhan energi dapat terpenuhi.

Beberapa langkah yang telah dilakukan perseroan untuk menghadapi tantangan tersebut adalah dengan bekerja sama dengan PT Bukit Asam untuk mengembangkan coal gasification menjadi dimethyl ether (DME) yang diolah untuk substitusi LPG. Selain itu, Pertamina juga telah melakukan biorefinery untuk mengolah kelapa sawit menjadi biodisel.

Implementasi B30 ini telah dilakukan perusahaan plat merah tersebut sejak bulan November 2019. Hasilnya, Pertamina berhasil melakukan penurunan impor dan meningkatkan pendapatan negara baik dari pajak dan bukan pajak. “Kami akan terus melakukan processing untuk mencampur fuel dengan etanol dan metanol. Sehingga dapat memberikan kontribusi untuk menurunkan defisit neraca perdagangan” kata dia menambahkan.

Isu renewable energy dan tuntutan untuk menjalankan bisnis secara sustainable juga menjadi salah satu hal yang tidak dapat dihindari oleh perseroan. Oleh karena itu, kedepan, Pertamina akan membangun kilang minyak, meningkatkan produksi, melakukan pencarian sumber baru, membangun koneksi, melakukan efisiensi dengan teknologi, dan melakukan shifting ke penggunaan energy yang ramah lingkungan.

"Saat ini CPO banyak terdapat di Sumatera, maka kami akan membangun biodisel disana. Batubara banyak terdapat di Sumatera Selatan, maka kami akan membangun gasifikasi disana, gandum banyak terdapat di timur maka kami akan bangun metanol dan etanol di timur. Semua inisiasi tersebut akan kami lakukan secara paralel," kata Nicke.

Lebih jauh, Nicke mengatakan, tahun depan Pertamina berencana untuk fokus dalam pengembangan Blok Mahakam dengan mengalokasikan dana sebesar US$ 1 miliar dari total investasi di hulu migas sebesar US$3,7 miliar.Untuk diketahui, tahun depan Peseroan akan menganggarkan investasi sebesar US$7,8 miliar, dimana 60% dari dana tersebut dialokasikan pada sektor hulu migas.

“Tahun depan, 60% capex kami adalah untuk sektor upstream. Alokasi terbesar adalah untuk Blok Mahakam,”kata Nicke. Untuk menaikan jumlah produksi, perseroan berencana untuk melakukan pengeboran sebanyak 2 sumur pada tahun depan dan mencari partner untuk ikut bersama mengelola Blok Mahakam.

www.swa.co.id

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan swa.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab swa.co.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement