REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) mencatat, volume pemesanan pembelian Green Sukuk Ritel seri ST006 mencapai Rp 1,45 triliun. Angka ini lebih rendah dibandingkan penjualan seri sebelumnya, ST005, sebesar Rp 1,96 triliun.
Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR Kemenkeu Dwi Irianti menuturkan, salah satu penyebabnya, penurunan tingkat imbal hasil dari 7,4 persen menjadi 6,75 persen. Meski menurun, Dwi mengatakan, hasil penawaran ST006 melampaui ekspektasi awal. Nilainya masih melebihi target indikatif yang ditetapkan Kemenkeu bersama para mitra distribusi (midis).
"Indikatifnya hanya Rp 1,3 triliun, sesuai yang diusulkan midis," tuturnya saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (26/11).
Dwi menjelaskan, realisasi yang di atas ekspektasi itu disebabkan konsep green sukuk ritel pada ST006. Berbeda dari penerbitan ST seri sebelumnya, ST006 ini diterbitkan dengan format Green, seluruh hasil penerbitan untuk pembiayaan proyek-proyek yang ramah lingkungan baik refinancing maupun new financing. ST006 merupakan penerbitan Green Sukuk Ritel pertama sekaligus menunjukkan komitmen dan kontribusi Pemerintah dalam mengembangkan pasar keuangan syariah sekaligus mengatasi perubahan iklim.
Green Sukuk Ritel ini juga merupakan kelanjutan dari penerbitan Global Sovereign Green Sukuk yang diterbitkan Pemerintah pada 2018 dan 2019. Untuk Penerbitan Green Sukuk, Pemerintah telah memiliki Green Framework berstandar Internasional yang telah di-review oleh reviewer independen yaitu CICERO dari Norwegia.
Setelah penerbitan Green Sukuk, Pemerintah wajib membuat annual impact report yang berisi perhitungan berapa kontribusi dari pembiayaan Green Project ini terhadap penurunan emisi karbon. Laporan pertama telah diaudit oleh international independent auditor KPMG dan telah dipublikasikan pada bulan Februari 2019.
Dwi menyebutkan, kali ini, proyek-proyek hijau yang dibiayai dari hasil penerbitan Green Sukuk Ritel seri ST006 berada di Kementerian Perhubungan (Layanan Bandar Udara, Kenavigasian, dan Pelabuhan), dan Kementerian PUPR (Embung, Jaringan Irigasi, dan Unit Air Baku).
Dwi mengatakan, pemerintah kini sedang menentukan rencana penerbitan ST pada tahun depan, bersama dengan Surat Berharga Negara (SBN) ritel lain. "Masih dievaluasi, apakah sama kuantitasnya dengan tahun ini," ucapnya.
Ditawarkan pada 1-21 November 2019, jumlah investor ST006 tercatat mencapai 7.735 orang. Investor milenial merupakan investor terbanyak dengan jumlah 3.950 investor atau sekitar 51,07 persen dari total investor.
Penerbitan ST006 bekerja sama dengan 23 Mitra Distribusi yang terdiri dari tiga bank umum syariah, 12 bank umum, tiga perusahaan efek, tiga perusahaan efek khusus dan dua perusahaan teknologi finansial (tekfin).
Dalam rilis yang diterima Republika.co.id, salah satu wujud nyata manfaat dari penerbitan Green Sukuk Ritel seri ST006 dapat terlihat dari pembangunan jaringan irigasi baru. Dampak pembangunan jaringan irigasi ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas dan ketahanan air di beberapa daerah yang rentan terhadap kekeringan, dan pada akhirnya akan mendukung peningkatan ketahanan pangan dan ekonomi produktif.