REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maskapai Garuda Indonesia menyiapkan pesawat berbadan besar untuk mengangkut lonjakan penumpang pada masa angkutan Natal 2019 dan Tahun Baru 2020. “Yang jelas, pesawat-pesawat semua yang diturunkan sekarang itu, yang besar-besar, Boeing 777 dan Airbus 330,” kata Direktur Niaga Garuda Indonesia Pikri Ilham Kurniansyah usai rapat dengan Komisi V DPR di Jakarta, Senin (25/11).
Ia mengatakan pihaknya belum mengajukan penerbangan tambahan (extra flight) ke Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan. Pikri pun menyiratkan pihaknya tidak akan mengajukan penerbangan tambahan, tetapi memaksimalkan armada yang ada, yakni dengan mengoperasikan pesawat berbadan besar (wide body).
“Pesawat yang besar ‘kan ada. Kalau memang harus extraflight tergantung permintaan, cepat kok itu (pengajuannya),” katanya.
Pengoperasian pesawat berbadan lebar itu, di antaranya untuk rute-rute domestik padat, seperti Medan, Manado, Kalimantan dan Nusa Tenggara Timur. Sementara itu, untuk rute internasional biasanya yang ramai adalah Hong Kong. Namun karena saat ini situasi politik di wilayah itu sedang tidak kondusif, Garuda mengandalkan rute Singapura.
Pikri meyakini dengan mengoperasikan pesawat berbadan besar, tingkat keterisian (load factor) akan penuh. Sementara itu, anak usahanya, yakni maskapai Citilink Indonesia tidak akan mengajukan penerbangan tambahan (extra flight) dalam musim ramai masa angkutan Natal 2019 dan Tahun Baru 2020. Citilink hanya akan memaksimalkan armada yang ada.
“Kita enggak ada extraflight untuk Natal dan Tahun Baru ini, pertimbangannya kita lebih memaksimalkan utilisasi armada yang ada,” kata Senior Manager Corporate Communications Citilink Indonesia Fariza Astriny.
Dia menyebutkan armada yang akan dioperasikan selama masa Nataru sebanyak 310 penerbangan per hari. “Jumlah itu sudah maksimal full operation, karena rata-rata per harinya hanya 200-an penerbangan,” katanya.
Fariza menuturkan pihaknya tidak mengajukan penerbangan tambahan pada Natal dan Tahun Baruini karena berkaca pada musim ramai Lebaran lalu yang juga tidak mengoperasikan penerbangan tambahan. Salah satu alasannya adalah efisiensi.
“Sudah kita lakukan Lebaran juga pada peak season tidak ada extra flight tapi memaksimalkan armada yang ada. Dan itu sudah optimal,” katanya. Meski demikian, Fariza mengatakan Citilink tetap menargetkan tingkat keterisian penumpang hingga 70 persen.