Ahad 24 Nov 2019 14:27 WIB

Saingi UEA dan Prancis, IPC Siap Terapkan Blockchain di Pelabuhan Indonesia

Tuntutan jadi digital port yang terintegrasi kini sudah tak terelakkan lagi.

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Saingi UEA dan Prancis, IPC Siap Terapkan Blockchain di Pelabuhan Indonesia. (FOTO: Unsplash/Hitesh Choudhary)
Saingi UEA dan Prancis, IPC Siap Terapkan Blockchain di Pelabuhan Indonesia. (FOTO: Unsplash/Hitesh Choudhary)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta

Upaya pemanfaatan teknologi blockchain kini semakin masif dan berkembang ke berbagai sektor industri, tak terkecuali di sektor pelabuhan. Setelah pelabuhan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), dan juga Marseille-Fos Port di Prancis, kini Indonesia juga seolah tak mau ketinggalan.

Baca Juga

PT Pelabuhan Indonesia II (Pelindo II) atau yang akrab disebut Indonesia Port Corporation (IPC) yang bakal menjadi pelopornya. “Kami menyadari betul bahwa seiring perkembangan jaman yang ada, kami sebagai sebuah korporasi harus selalu bisa menyesuaikan diri agar bisa terus sustain dan bahkan everlasting. Dan tuntutan untuk menjadi sebuah digital port yang terintegrasi itu kini sudah tak terelakkan lagi,” ujar Direktur Utama IPC, Elvyn G Masassya, kepada Warta Ekonomi, dalam sebuah wawancara di kantornya, di Jakarta.

Baca Juga: Lakukan Terobosan Blockchain, Algo Cipher Luncurkan ACF di Vietnam

Menurut Elvyn, saat ini IPC tengah berada dalam fase pertama dari program transformasi menjadi sebuah perusahaan pengelola pelabuhan kelas dunia (world class port operator) pada tahun 2020 mendatang. Rampung dari fase pertama, laju transformasi perusahaan kemudian nantinya bakal diarahkan menuju fase kedua, di mana IPC bertekad tidak lagi semata-mata menjadi sebuah perusahaan infrastructure player, melainkan berkembang jauh menjadi trade fasilitator.

“Kalau dulu pelabuhan semata-mata hanya berperan untuk memudahkan arus barang dari port to port (P2P), sekarang tidak cukup lagi sampai di situ. (Peran pelabuhan) harus sudah sampai door to door (D2D), yaitu dari pabrik hingga ke importir di luar negeri, atau juga dari pabrik di luar negeri sana langsung ke customer di dalam negeri. Kami harus bisa berperan menjadi trade fasilitator, dan untuk menuju ke sana basisnya adalah digital, the digital port,” tutur Elvyn.

Baca Juga: Coca-Cola Buka Peluang Pemanfaatan Blockchain dalam Sistem Bisnisnya

Ia mencontohkan, pelabuhan-pelabuhan di bawah naungan IPC nantinya bakal dikelola secara fully otomatic dengan memanfaatkan sistem robotik. Crane-crane dan truk-truk pengangkut di terminal akan beroperasi secara mandiri berdasarkan kendali remote jarak jauh atau perencanaan (planning) yang sudah disusun sebelumnya secara computerized.

“Untuk mengendalikan itu semua, kami akan menggunakan artificial intelligence (AI). Lalu manajemen datanya akan kami gunakan blockchain. Lalu ada juga pemanfaatan big data, internet of thing (IoT) dan sebagainya. Semua layanan akan terkoneksi dalam satu platform bersama,” ungkap Elvyn.

Sebagian dari proses persiapan menuju digital port, dikatakan Elvyn, telah mulai dilakukan dalam beberapa waktu terakhir. Targetnya, pada tahun 2022 mendatang semua proses otomasi dan digitalisasi itu benar-benar sudah bisa diimplementasikan.

“Dengan begitu, ketika proses digitalisasi sudah mulai jalan di 2022, maka diharapkan bisa lebih mendukung target kami untuk bisa mengambil peran sebagai trade fasilitator pada 2024 mendatang,” papar Elvyn.

Sebelumnya, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memang mendorong berbagai sektor industri untuk dapat membuka diri terhadap pemanfaatan teknologi blockchain. Dengan kemampuannya menghubungkan kedua pihak secara langsung (end to end) secara realtime, blockchain diyakini dapat mengurai permasalahan logistik yang selama ini selalu menjadi isu krusial di Indonesia.

Baca Juga: Hingga September, Pelindo II Bukukan Laba Rp2,21 Triliun

“Masih banyak orang kan mikirnya blockchain itu udah langsung bitcoin aja, atau cryptocurrency. Padahal secara teknologi blockchain ini sangat usefull. Powerfull. Semangat blockchain adalah menghilangkan peran perantara. Dia menghubungkan pembeli dan penjual secara langsung. End to end. Jadi nanti akan hilang tuh mata rantai sebagai intermediary,” ujar Wakil Ketua Kadin Indonesia Bidang Logistik dan Rantai Pasok, Rico Rustombi, dalam kesempatan terpisah.

Di industri pelabuhan, menurut Rico, keberadaan blockchain juga bisa dimanfaatkan untuk menyederhanakan rantai layanan logistik di pelabuhan yang selama ini sangat panjang sehingga membuat biaya layanan menjadi mahal.

Langkah mendorong efisiensi lewat blockchain ini diantaranya telah dilakukan oleh Pelabuhan Abu Dhabi, dengan menggunakan platform yang diberi nama Silsal. Selain untuk efisiensi harga layanan, pemanfaatan blockchain juga diharapkan dapat meningkatkan keamanan dan data perdagangan yang ada di pelabuhan.

Baca Juga: Wow, Transaksi Syariah Kini Bisa Dilakukan via Blockchain

“Nantinya semua data dokumentasi akan kami enkripsi, mulai dari dokumen transportasu, Bill of Loading, Delivery Order, booking, order transportasi dan sebagainya. Dengan begitu semua pihak terkait dapat saling bertukar data secara lebih cepat dan efisien,” ujar Chief Executive Officer (CEO) Maqta Gateway, Noura Al-Dhaheri. Maqta Gateway sendiri merupakan anak usaha dari Pelabuhan Abu Dhabi yang khusus ditugaskan sebagai operator dari Silsal.

Selain Pelabuhan Abu Dhabi, penerapan blockchain di pelabuhan juga dilakukan oleh Marseille-Fos Port, pelabuhan terbesar di Perancis. Seperti halnya Abu Dhabi, pemanfaatan blockchain di Marseille-Fos Port juga dimaksudkan untuk menyederhanakan sistem logistik pelabuhan sehingga kinerja layanan yang dihasilkan dapat lebih cepat dan maksimal.

Upaya ini tak lepas dari hasil riset yang telah dipresentasikan oleh World Economic Forum (WEF), di mana pemanfaatan teknologi blockchain diyakini dapat menghemat total biaya logistik di seluruh dunia hingga 20 persen. Diharapkan ke depan bakal semakin banyak pelabuhan yang mulai mengadopsi blockchain untuk dapat mempermudah segala proses layanan yang ada di pelabuhan, sekaligus juga menekan biaya logistik yang ada.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement