Ahad 24 Nov 2019 07:37 WIB

Menristek: Inovasi tak Harus Temuan Luar Biasa

Menristek menyebut inovasi tak harus berupa temuan yang luar biasa.

Menteri Riset dan Teknologi / Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro menyampaikan pandangannya dalam Asia Sustainability Reporting Rating (ASRRAT) 2019 ke-15 dan Konferensi Praktisi Keberlanjutan ke-4 di Nusa Dua, Bali, Sabtu (23/11/2019).
Foto: Antara/Nyoman Hendra Wibowo
Menteri Riset dan Teknologi / Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro menyampaikan pandangannya dalam Asia Sustainability Reporting Rating (ASRRAT) 2019 ke-15 dan Konferensi Praktisi Keberlanjutan ke-4 di Nusa Dua, Bali, Sabtu (23/11/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan, inovasi tidak harus selalu dalam bentuk temuan yang luar biasa. Inovasi juga bisa berupa sesuatu yang dapat memudahkan dan digunakan oleh masyarakat luas.

"Inovasi tidak harus merupakan temuan luar biasa yang dapat memenangkan penghargaan Nobel, tidak harus seperti itu. Bisa juga temuan atau inovasi yang dapat membantu orang-orang secara umum," ujar Bambang di hadapan para pelaku bisnis di acara Asia Sustainability Reporting Rating (ASRRAT) di Nusa Dua, Bali pada Sabtu.

Baca Juga

Bambang tidak mengesampingkan betapa pentingnya temuan atau inovasi yang luar biasa yang dilakukan oleh para ilmuwan atau inventor. Ia menjelaskan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan juga bergantung dengan hal tersebut.

"Untuk Indonesia, khususnya untuk mempromosikan SDGs dan ekonomi sirkular, kita membutukan kombinasi dari kemajuan ilmu pengetahun, tapi di saat bersamaan kita perlu yang realistis untuk bisa digunakan di kehidupan sehari-hari," ujarnya.

Bambang merujuk kepada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), yakni 17 tujuan yang dicanangkan oleh negara-negara lintas pemerintahan termasuk Indonesia dalam resolusi PBB yang diterbitkan pada 21 Oktober 2015. Kesemua tujuan itu diharapkan dapat tercapai pada 2030.

Sementara itu, ekonomi sirkular adalah model ekonomi baru yang menekankan pada konsep bahwa produk yang dihasilkan dapat digunakan kembali limbahnya untuk produk yang lain. Konsep ekonomi sirkular, menurut Bambang, adalah salah satu metode yang bisa digunakan untuk memastikan keberlanjutan lingkungan.

Ekonomi sirkular berbeda dengan ekonomi konvensional yang berhenti pada limbah sebagai hasil akhir dari penggunaan produk. Sesuai dengan SDGs yang banyak berfokus pada penyelamatan lingkungan, mode ekonomi sirkular bisa didorong dengan menghasilkan inovasi yang ramah lingkungan.

"Dalam mode ekonomi baru, inovasi harus berfokus untuk membuat sesuatu dari limbah dan saya senang ketika melihat-lihat beberapa laboratorium di Indonesia, mereka bekerja keras membuat limbah menjadi sesuatu," ujar Bambang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement