Sabtu 23 Nov 2019 13:11 WIB

Milenial: Tidak Sulit Berinvestasi di Pasar Modal Syariah

Pendiri ISP sebut berinvestasi di pasar modal syariah lebih nyaman dari konvensional

Rep: Adinda Prayanka/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pengunjungi mengamati layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (15/11/2019).
Foto: ANTARA FOTO
Pengunjungi mengamati layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (15/11/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Investor Saham Pemula (ISP) Frisca Devi menuturkan, berinvestasi di pasar modal syariah bukanlah pekerjaan sulit. Tidak terkecuali bagi banyak generasi milenial yang hendak memasuki dunia investasi. Kuncinya adalah jangan takut mencoba terjun langsung dan terus menggali informasi mengenai saham maupun reksa dana syariah.

Saat ini, Frisca menjelaskan, literasi mengenai investasi di pasar modal syariah sudah sangat luas. Kondisi ini jauh berbeda dengan satu dekade lalu, ketika informasi terkait saham dan reksa dana masih sangat terbatas di kalangan mahasiswa ekonomi dan para praktisi. "Perkembangan ini yang harus kita manfaatkan," tuturnya dalam diskusi Investasi Syariah 4.0 sebagai bagian dari acara Sharia Investment Week di Mainhall Bursa efek Indonesia (BEI), Jakarta, Sabtu (23/11). 

Frisca menggambarkan, pada 2010an, satu-satunya media belajar saham bagi masyarakat awam dan mahasiswa non-ekonomi adalah sekolah pasar modal. Hanya saja, sifatnya terbatas dan formal yang kerap menciptakan kesan ‘kaku’ bagi kebanyakan orang, terutama anak muda. 

Seiring waktu, platform non formal untuk belajar pasar modal syariah terus berkembang. Salah satunya adalah ISP yang dibangun Frisca sejak 2014. ISP memanfaatkan media sosial untuk belajar mengenai pasar modal, termasuk pasar modal syariah, kepada khalayak luas. Beberapa kali, ISP juga mengadakan pertemuan di sejumlah kota untuk memberikan edukasi yang lebih dalam.

Melalui ISP, Frisca selalu menekankan kepada calon investor untuk tidak sekadar belajar teori. Mereka harus mempraktikan literatur yang sudah mereka pelajari selama ini. Sebab, belajar investasi syariah tidak hanya bisa dipahami dengan sekadar membaca. "KIta harus learning by doing juga. Kalau cuma ikut seminar, tidak dipraktikkan, nggak akan menguasai," ujar alumnus Universitas Diponegoro Semarang itu. 

Dalam praktiknya, Frisca mengakui, perjalanan investasi tidak akan selalu mulus. Ia sendiri pernah terjebak dalam ‘saham tidur’ atau saham yang harganya tidak bergerak dalam jangka waktu lama. Saat itu, Frisca yang masih awam dengan investasi terbawa ajakan banyak orang untuk membelinya. Tapi, menurutnya, hal tersebut akan menjadi pengalaman tidak terlupakan sekaligus pembelajaran agar tidak mengulangi di kemudian hari. 

Pembelajaran lain yang juga didapatkan Frisca adalah berinvestasi di pasar modal syariah lebih nyaman dibandingkan konvensional.  Meski sudah masuk ke dunia investasi sejak 2009, ia baru mendalami pasar modal syariah selama dua tahun terakhir. 

Selama masih berinvestasi konvensional, Frisca menceritakan, profitnya kerap kali cepat habis. Kondisi ini berubah sejak ia berpindah haluan ke investasi dengan instrumen syariah. "Entah karena gara-gara ada unsur riba di situ atau saya yang boros. Tapi, saya memang lebih nyaman kalau di pasar modal syariah," tuturnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement