Kamis 14 Nov 2019 22:45 WIB

Dua Cara PPA Obati BUMN yang Sakit

PPA membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 3,838 triliun pada kuartal III 2019.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nidia Zuraya
Direktur Utama PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) atau PPA, Iman Rachman dalam bincang media di the Gade Coffee & Gold, Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (24/10).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Direktur Utama PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) atau PPA, Iman Rachman dalam bincang media di the Gade Coffee & Gold, Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (24/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) atau PPA ingin menguatkan perannya sebagai satu-satunya BUMN yang diberikan amanah untuk mengupayakan penyehatan BUMN serta membantu presistemik penyehatan perbankan. Direktur Utama PPA Iman Rachman mengatakan PPA memiliki visi menjadi perusahaan investasi terkemuka dan mitra terpercaya dalam restrukturisasi korporasi.

Iman tak menampik beratnya upaya yang dihadapi PPA dalam mewujudkan visi tersebut, terlebih dengan perubahan dunia bisnis saat ini. "PPA menerapkan perbaikan strategi dalam penanganan restrukturisasi atau revitalisasi BUMN," ujar Iman dalam siaran pers yang diterima Republika di Jakarta, Kamis (14/11).

Baca Juga

Perbaikan ini, kata Iman, meliputi dua skema restrukturisasi atau revitalisasi BUMN. Pertama dengan masuk pada ekuitas menjadikan perusahaan yang ditangani sebagai anak perusahaan seperti PT Waskita Karya (Persero) Tbk dan PT Nindya Karya (Persero). Sementara skema kedua dengan berperan sebagai financial controller atas dana yang dikucurkan oleh PPA seperti pada PT Survai Udara Penas.

"Kami juga mencarikan mitra strategis untuk mengembangkan bisnis perusahaan yang kami tangani," ucap Iman.

Iman mengambil contoh penjajakan yang sedang dilakukan PPA dengan mitra strategis untuk mengelola aset lahan milik PT Iglas di Gresik dan bisnis kargo udara untuk wilayah Indonesia timur pada PT Merpati Nusantara Airlines. Bagi PPA, kata Iman, hal terpenting perusahaan yang ditangani dapat meningkatkan pendapatan dan laba melalui business restructuring.

"Perlu langkah-langkah visioner menangani restrukturisasi atau revitalisasi BUMN, tidak bisa lagi hanya mengandalkan business as usual," kata Iman.

Lebih lanjut Iman menuturkan kinerja PPA pada kuartal III 2019 bergerak positif. Iman merinci, PPA telah membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 3,838 triliun atau meningkat sebesar empat persen secara year on year. Pun dengan total aset meningkat sebesar 31 persen secara year on year menjadi Rp 13,648 triliun. Sementara capaian EBITDA meningkat secara year on year sebesar 14 persen menjadi sebesar Rp 589 miliar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement