Rabu 13 Nov 2019 13:50 WIB

Kawasan Korporasi Pacu Daya Saing Produk Hortikultura

Pemerintah bertekad untuk terus menekan importasi komoditas hortikultura.

Tanaman hortikultura (ilustrasi).
Foto: kementan
Tanaman hortikultura (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah bertekad untuk terus menekan importasi komoditas hortikultura. Mulai tahun depan, sejumlah rencana strategis dicanangkan, di antaranya membangun kawasan korporasi komoditas hortikultura.

Kasubdit Tanaman Jeruk Perdu dan Pohon Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Siti Bibah Indrajati, mengatakan salah satu fokus Kementan adalah mengembangkan kawasan hortikultura yang terintegrasi. "Jadi mulai 2020 tidak lagi model pemerataan, kecil-kecil. Tetapi fokus kami adalah menciptakan kawasan komoditas hortikultura dengan skala ekonomi tertentu secara terpadu," ujar Bibah saat berbincang dengan wartawan di Jakarta, Selasa (12/11) lalu.

Baca Juga

Bibah lantas mencontohkan pengembangan buah lengkeng. Tahun depan, pihaknya bakal melakukan perluasan areal tanam 600 hektare.

"Fokusnya di 6 daerah. Magelang, Kulonprogo, Grobogan, Blora, Gunung Kidul dan Tuban masing-masing sekitar 100 hektar per kabupaten" jelas Bibah. "Pun seperti jeruk. Kami kembangkan rata-rata 200 hektare per kabupaten, tersentralisasi. Total tahun 2020 nanti 1.000 hektare," lanjut dia.

Alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) itu menambahkan, melalui kawasan yang terintegrasi, seluruh pihak terkait akan diuntungkan. Mulai dari pemerintah, swasta, hingga petani sendiri.

"Lebih efisien. Dari sisi cost dan lainnya. Kemudian mempermudah juga ketika melakukan pemetaan potensi komoditas daerah, sebagai basis pendistribusian bantuan seperti benih maupun alsintan. Kalau istilah Pak Dirjen (Hortikultura, Prihasto Setyanto), One Village One Product namun tetap berdaya saing," ujar Bibah.

Dia optimistis program kawasan korporasi ini mampu menciptakan produk dengan daya saing yang tinggi. Di mana muaranya adalah peningkatan kesejahteran para petani.

Cerita sukses Kopral Mugiyanto kembangkan klengkeng kateki

Berbicara soal komoditas hortikultura, sosok Mugiyanto boleh dikatakan sebagai panutan para petani. Khususnya untuk komoditas buah klengkeng varietas kateki.

Di kalangan para petani buah kelengkeng, Mugiyanto adalah contoh nyata bagaimana ketekunan dan keuletan bertani mampu mengantarkannya sebagai petani sukses meski dalam keterbatasan.

Sejak 2015 mengembangkan klengkeng kateki, Mugiyanto, berhasil mengembangkan buah manis legit ini. "Sekarang saya mengelola lahan 1,3 hektare. Ada sekitar 230 pohon (Klengkeng Kateki) yang saya budidayakan di Magelang," ujar dia ketika berbincang dengan awak media di Jakarta.

Sebagai informasi, Mugiyanto, yang saat ini masih tercatat sebagai prajurit aktif TNI AD yang berdinas di Kodim 0705 Magelang. Prajurit berpangkat Kopral Kepala ini, di sela-sela kegiatan dinasnya juga menunjukkan membina sejumlah petani di beberapa daerah. Adapun di Magelang, dia memberdayakan Kelompok Tani Borobudur.

Dia lantas bercerita soal alasannya memilih klengkeng kateki. Menurutnya komoditas ini punya daya saing dan nilai ekonomi tinggi. "Pasarnya masih sangat luas ya. Kebutuhan dalam negeri saja mayoritas masih di-supply dari luar (impor). Artinya peluangnya sangat terbuka sekali," beber pria yang pernah mengikuti kursus Pusrehab di Kementerian Pertahanan ini.

Begitu pula dari sisi budidaya. Menurut dia, klengkeng salah satu jenis buah yang fleksibel. Bisa ditanam dalam kondisi pada 5 MDPL ( meter di atas permukaan laut) hingga 1.000 MDPL.

"Bayangkan di lokasi yang dekat bibir pantai pun masih bisa berbuah. Kemudian klengkeng ini skala 21 brix (indeks tingkat kemanisan buah-buahan)," kata dia.

Saat ini budidaya klengkeng kateki yang dirintis Mugiyanto membuahkan hasil yang luar biasa. Belum genap lima tahun, dia sukses memanen buah dengan kualitas unggul.

"Untuk satu hektare (pohon klengkeng) menghasilkan sekitar 12 ton buah. Itu dari 200 pohon. Malah bisa lebih ya. Kalau dimaksimalkan, satu pohon bisa 75 kilogram. Dikalikan 200 pohon, artinya bisa mencapai 15 ton," lanjut dia.

Adapun untuk biaya per kilogram dari budidaya klengkeng ini sekitar Rp 10 ribu. Sementara Mugiyanto menjualnya ke pasar sekitar Rp 35 ribu-Rp 45 ribu. "Gampang sekali (menjualnya). Malahan kurang ya, permintaan pasar tinggi," ujar Mugiyanto.

photo
Beragam komoditas hortikultura

Ditanya soal resep rahasianya mengembangkan klengkeng kateki, Mugiyanto menjabarkan ada dua kunci. "Pertama benih yang unggul. Kedua agroklimat, bagaimana memahami iklim pertanian. Meliputi cuaca, kelembaban, hingga soal kondisi tanah. Nantinya ini akan mempengaruhi pola penerapan teknologi maupun treatment pohonnya," ujar Mugiyanto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement