Selasa 12 Nov 2019 03:00 WIB

15 Tahun Lagi, Indonesia Bisa Krisis Petani

Program membangun generasi petani perlu dilakukan secara serius.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Dwi Murdaningsih
Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo menerima kunjungan rektor IPB Arif Satria, Senin (11/11).
Foto: kementan
Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo menerima kunjungan rektor IPB Arif Satria, Senin (11/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria memperkirakan, jumlah petani di Indonesia akan mengalami krisis dalam kurun waktu 10 sampai 15 tahun ke depan. Maka program membangun generasi petani perlu dilakukan secara serius.

"Rata-rata petani di Indonesia sekarang berusia 47 tahun. Kalau tidak diantisipasi, maka jumlah petani betul-betul akan terjadi krisis," ujarnya kepada wartawan usai bertemu Menteri Pertanian di Jakarta, Senin, (11/11).

Baca Juga

Demi mencegah krisis, ia berharap Kementerian Pertanian (Kementan) dan IPB berkolaborasi membuat program regenerasi petani. Tujuannya membangun para petani milenial.

"Itu bisa memperkuat ketahanan pangan. Baik dari sisi hulu dan pelaku-pelaku usaha di lapangan," kata Arif.

IPB sendiri, lanjutnya, telah memiliki program untuk mencetak technopreneur serta sosiopreneur. Dengan begitu pemanfaatan hasil inovasi di lapangan semakin terjamin.

“Technopreneur berarti pelaku usaha, sementara sosiopreneur adalah orang orang yang memanfaatkan inovasi untuk pendampingan. Apalagi di era 4.0 di mana teknologi berbasis artificial intelligence dan blockchain sudah luar biasa, jadi akan kita perkuat," tuturnya.

Ia menyatakan, IPB bersama Kementan juga berencana memperkuat data. Dengan begitu generasi petani bisa terus dikembangkan.

"Akurasi data menjadi penting untuk ambil keputusan. Kita akan terus gali, perkuat, khususnya dalam pengembangan generasi petani," kata Arif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement