Jumat 15 Nov 2019 07:25 WIB

Investasi di Sukuk atau SUN? Ini Saran Perencana Keuangan

Sukuk dan SUN masih menjadi produk investasi yang diburu investor.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Petugas memberikan informasi kepada nasabah terkait Sukuk Tabungan. ilustrasi
Foto: Republika/Prayogi
Petugas memberikan informasi kepada nasabah terkait Sukuk Tabungan. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Volume pembelian sukuk atau Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) ritel lebih besar daripada obligasi Surat Utang Negara (SUN) hingga Oktober 2019. Perencana Keuangan Finansialku, Widya Yuliarti menilai preferensi masyarakat pada instrumen syariah kini lebih besar.

"Kalau saya lihat yang pertama karena faktor syariahnya," kata dia kepada Republika.co.id baru-baru ini.

Baca Juga

Ini kemudian didukung dengan tingkat imbal hasil atau return. Dapat dilihat dari seiring perkembangan imbal hasil yang terus menurun, volume penjualan pun menurun. Ini bisa juga terjadi karena dana masyarakat yang sudah menipis.

Meski ia tidak bisa memastikan penyebab ketatnya likuiditas tersebut. Menurutnya, banyak kemungkinan penurunan. Mulai dari masyarakat yang lebih memilih investasi lain dengan return lebih besar, atau memang karena belum tahu soal Surat Berharga Negara (SBN).

Widya menyampaikan evaluasi penerbitan bisa disesuaikan dengan minat pasar dan juga tujuannya. Tidak lupa untuk terus menambah literasi keuangan perihal investasi di SBN.

"Kita masih perlu meningkatkan minat masyarakat untum berinvestasi," katanya.

Dari sisi perencana keuangan sendiri selalu menyarankan rasio ideal menabung atau investasi minimal 20 persen dari pendapatan bulanan. Namun ini kembali lagi pada tujuan keuangannya karena setiap orang memiliki tujuan keuangan yang berbeda.

Biasanya pemilihan SBN untuk tujuan keuangan jangka pendek dan menengah karaena tenornya dua tahun. Jadi selama dua tahun, uangnya tidak akan dipakai. Jumlah keuntungannya pun kembali lagi pada tujuan keuangan.

"Mungkin ada yang mau beli mobil dua tahun ke depan dengan harga Rp 150 juta, atau misalkan mau beli laptop dua tahun ke depan yang harganya Rp 25 juta," katanya.

Target investasi ini akan tergantung pada penyediaan porsi investasi. Widya selalu menyarankan agar setiap investasi ada tujuannya. Supaya tahu juga sebenernya selama ini investasi itu bisa menghasilkan berapa dan harus disimpan berapa lama.

Realisasi Surat Berharga Negara (SBN) ritel telah mencapai Rp 48,17 triliun per Oktober 2019. Seri SBN syariah atau sukuk (SBSN) mencapai 28,58 triliun dari empat kali penerbitan, sementara obligasi (SUN) sebesar 19,59 triliun dari lima penerbitan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement