Selasa 05 Nov 2019 11:17 WIB

Ekonomi Indonesia Kuartal III 2019 Tumbuh 5,02 Persen

Ketidakpastian global menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Pertumbuhan Ekonomi Indoensia. Pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Kamis (24/10). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2019 sebesar 5,02 persen.
Foto: Republika/ Wihdan
Pertumbuhan Ekonomi Indoensia. Pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Kamis (24/10). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2019 sebesar 5,02 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2019 sebesar 5,02 persen. Angka tersebut melambat dibandingkan kuartal III tahun lalu yang mencapai 5,17 persen ataupun kuartal kedua tahun ini, yakni 5,05 persen.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, pertumbuhan ekonomi jika dihitung sejak awal tahun (year to date) mencapai 5,04 persen. "PDB atas dasar harga berlaku Rp 4.067 triliun, atas dasar harga konstan Rp 2.818 triliun. Jadi, dengan posisi ini kalau dibandingkan kuartal kedua 2019, quarter to quarter pertumbuhan ekonomi kita masih tumbuh 3,06 persen," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (5/11).

Baca Juga

Ada sejumlah faktor yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Salah satunya, ekonomi global masih diliputi ketidakpastian. Suhariyanto mengatakan, perang dagang masih berlangsung antara AS dengan Cina. Selain itu, harga komoditas fluktuatif menuju penurunan. Hal itu berdampak pada pelemahan ekonomi di negara maju dan berkembang, termasuk Indonesia. 

Selama kuartal ketiga 2019 ini, harga komoditas migas dan nonmigas di pasar internasional mengalami penurunan baik secara qtoq ataupun yoy. Minyak (Indonesia crude price) misalnya, pada kuartal ketiga 2018 itu adalah 71,64 dolar AS per barel, tetapi pada kuartal ketiga 2019 harganya jatuh menjadi 59,81 dolar AS per barel. 

"Artinya, rata-rata harga minyak ICP yoy turun 16,5 persen," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement