Jumat 01 Nov 2019 12:06 WIB

Laba Kuartal Tiga Samsung Diperkirakan Anjlok 56 Persen

Keuntungan Samsung telah terpukul selama setahun terakhir

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Samsung
Samsung

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Samsung memperingatkan para investor bahwa laba operasinya kemungkinan turun 56 persen pada kuartal ketiga karena perusahaan terus berjuang dengan permintaan yang lamban untuk chip memori. Tetapi analis memperkirakan perubahan haluan untuk perusahaan di tahun depan, dibantu oleh penjualan yang lebih kuat dari smartphone dan suku cadang untuk pembuat perangkat saingan.

Raksasa teknologi Korea Selatan mengatakan bahwa mereka mengharapkan untuk menghasilkan laba operasi 7,7 triliun won Korea (Rp 92,4 triliun) untuk kuartal yang berakhir pada bulan September. Nilai ini turun dari 17,57 triliun won Korea untuk periode yang sama tahun lalu, tetapi lebih tinggi dari perkiraan analis sebesar 7,1 triliun won.

Baca Juga

Perusahaan itu mengatakan pihaknya memperkirakan penjualan akan turun 5 persen menjadi 62 triliun won. Saham Samsung ditutup naik 2,4 persen di Seoul, dilansir di CNN, Jumat (1/11).

Keuntungan Samsung telah terpukul selama setahun terakhir, sebagian besar karena kemerosotan dalam bisnis chip memori. Tetapi SK Kim, seorang analis di perusahaan pialang Daiwa Capital Markets, mengatakan bulan lalu bahwa ia memperkirakan peningkatan permintaan chip memori Samsung berkat kemajuannya dalam litografi ultraviolet ekstrim, sebuah terobosan kunci dalam pembuatan chip.

Samsung juga memiliki komponen bisnis yang besar untuk produsen perangkat saingan. Analis di Daishin Securities mengatakan dalam sebuah catatan pekan lalu bahwa chip memori dan bisnis tampilan perusahaan menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan berkat ponsel andalan baru dari Apple dan Huawei.

"Ponsel andalan terbaru Samsung, Galaxy Note 10, juga secara positif memengaruhi bisnis mobile perusahaan untuk kuartal ini, berkat lanskap kompetitif yang menguntungkan," tulis analis Daiwa dalam catatan baru-baru ini.

Samsung telah diuntungkan dari masalah yang dihadapi Huawei saat ini. Washington menambahkan Huawei ke daftar hitam perdagangan pada bulan Mei, yang melarang perusahaan-perusahaan AS untuk menjual teknologi penting dan komponen ke raksasa teknologi China. Huawei merupakan pembuat peralatan telekomunikasi terbesar di dunia dan penjual ponsel cerdas Nomor dua di dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement