Jumat 01 Nov 2019 03:00 WIB

Mayapada Hospital Terbakar, Bagaimana Kekayaan Dato Sri Tahir?

Mayapada Hospital Terbakar, Bagaimana Kekayaan Dato Sri Tahir?

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Mayapada Hospital Terbakar, Bagaimana Kekayaan Dato Sri Tahir?. (FOTO: Sufri Yuliardi)
Mayapada Hospital Terbakar, Bagaimana Kekayaan Dato Sri Tahir?. (FOTO: Sufri Yuliardi)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta

Nama Dato Sri Tahir sudah tidak asing lagi di Tanah Air. Pasalnya, ia merupakan salah satu orang terkaya di Indonesia. Dirinya dikenal sebagai pendiri Mayapada Group, yakni holding company yang memiliki beberapa unit bidang usaha, mulai dari perbankan, hingga rumah sakit.

Salah satu aset miliknya, Rumah Sakit Mayapada, di Lebak Bulus, Jakarta Selatan terbakar pada Senin (28/10/2019) malam.

Sri Tahir memang dikenal sebagai konglomerat yang rendah hati. Ia juga bergelut di bidang filantropi, sering menyumbangkan hartanya ke mana-mana. Dirinya pun mengaku sering memberikan sumbangan dalam bentuk uang. Sebagai bentuk kemanusiaan tanpa mengenal situasi.

Terkait musibah tersebut, Tahir datang langsung menyambangi rumah sakit untuk memastikan keadaan pasien di sana baik-baik saja.

Baca Juga: Mayapada Hospital Terbakar, Apa Sebabnya?

Berdasarkan pantauan Warta Ekonomi, meskipun Tahir tengah menghadapi cobaan ini, harta kekayaannya masih bertengger di angka 4,8 miliar dolar AS.

Pria kelahiran tahun 1952 ini bukanlah datang dari keluarga yang kaya raya. Ia hanya seorang anak penyewa becak miskin. Tahir pun pernah menceritakan kehidupannya dulu jauh dari kemewahan. Ia dan keluarga hanya tinggal di rumah kontrakan yang berada di Surabaya.

Namun, kemiskinan tak menyulutkan semangatnya. Ia terus berjuang untuk meraih kesuksesan.

Baca Juga: Soal Kerugian Akibat Kebakaran Mayapada Hospital, Manajemen SRAJ Bilang. . . .

"Jadi saya berjuang, saya tidak ada dendam. Tapi saya tidak mau diremehkan. Itu berat sekali. Maka itu, saya tidak senang dengan orang kaya, saya benci sama orang kaya. Orang kaya saya anggap itu imperialisme. Orang kaya itu kerjanya menindas, orang kaya itu kerjanya membully orang. Sampai sekarang. Habitat saya itu ada di orang miskin. Itu habitat saya," katanya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement