Rabu 30 Oct 2019 18:40 WIB

Akhir Tahun, Harga Daging Diprediksi tak akan Bergejolak

Pada akhir tahun, terjadi kenaikan konsumsi daging, terutama untuk acara Natal.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolanda
Pedagang daging melayani pembeli di los daging sapi Pasar Senen, Jakarta, Senin (16/9).
Foto: Republika/Prayogi
Pedagang daging melayani pembeli di los daging sapi Pasar Senen, Jakarta, Senin (16/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) menilai pada akhir tahun ini harga daging tidak akan bergejolak meski terdapat defisit daging sapi dalam negeri. Alokasi impor yang disediakan pemerintah masih mencukupi untuk memenuhi kenaikan konsumsi daging di akhir tahun.

Ketua Umum APDI, Asnawi, mengatakan, kenaikan konsumsi di akhir tahun rata-rata naik untuk daging babi yang dikonsumsi umat kristiani pada Hari Raya Natal. Berdasarkan catatan APDI, rata-rata tren kenaikan konsumsi daging babi hingga 300 persen dari kebutuhan normal.

Baca Juga

Sementara, kenaikan konsumsi daging pada libur akhir tahun cenderung jauh lebih kecil dan tidak akan menimbulkan gejolak harga di level konsumen. "Dari sisi harga, daging cenderung normal dan tidak ada fluktuasi harga. Dari sisi permintaan juga tifak ada kenaikan yang signifikan," kata Asnawi kepada Republika.co.id, Rabu (30/10).

Lebih lanjut, Asnawi memaparkan, kenaikan konsumsi daging biasanya terjadi untuk kebutuhan industri dan perhotelan. Dua sektor itu sudah dapat dipenuhi dari stok daging beku yang merupakan pasokan impor maupun sapi bakalan yang digemukkan.

Sementara, untuk masyarakat umum akan lebih memilih daging segar di pasar tradisional karena budaya masyarakat yang belum berubah. "Ketersediaan daging beku lebih berorientasi kepada industri olahan dan hotel. Itu memang (konsumsinya) akan naik terutama oleh masyarakat menengah ke atas yang merayakan tahun baru," katanya.

Kenaikan konsumsi daging sapi di malam tahun baru, lanjut dia, juga tak akan sebesar kenaikan konsumsi daging ayam ras dan ikan. Hal itu berdasarkan pola konsumsi masyarakat Indonsia dari tahun ke tahun. "Jadi menurut saya tidak akan terjadi gejolak karena konsumsi daging yang naik terutama untuk daging babi saat perayaan Natal," kata dia.  

Sebagaimana diketahui, sesuai Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 96 Tahun 2018, pemerintah menetapkan harga acuan daging segar di tingkat konsumen sebesar Rp 80 ribu per kilogram hingga Rp 105 ribu per kilogram. Acuan tersebut, sementara ini baru dapat diikuti oleh harga daging beku baik sapi maupun kerbau.

Adapun harga secara riil, mengutip Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga daging sapi kualitas I secara nasional sebesar Rp 121.650 per kilogram. Harga itu merupakan harga riil yang stabil di pasar tradisional.

Sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan total kebutuhan stok daging sapi periode Oktober-Desember 2019 diperkirakan mencapai 168.870 ton. Sementara, persediaan daging sapi dalam negeri diperkirakan hanya mencapai 99.558 ton sehingga terdapat defisit 69.132 ton.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement