Selasa 29 Oct 2019 15:55 WIB

Kementan Optimalkan Peran Kecamatan untuk Mendata Pangan

Deviasi produksi pangan di berbagai daerah bisa ditangani secara cepat dan efisien.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Pertanian (Mentan) kabinet Indonesia Maju, Syahrul Yasin Limpo (SYL).
Foto: Kementan
Menteri Pertanian (Mentan) kabinet Indonesia Maju, Syahrul Yasin Limpo (SYL).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan bakal membentuk komando strategis pertanian di tingkat kecamatan untuk memperkuat pemantauan produksi komoditas pertanian. Ia menegaskan, level kecamatan menjadi ujung tombak pemerintah untuk dapat mengontrol situasi produksi pangan dalam negeri secara langsung.

"Pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan kota harus menjadikan komando strategis pertanian yang ada di kecamatan sehingga semua masalah harus bisa dijawab di sana (kecamatan)," kata Syahrul usai mengunjungi Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi di Bogor, Selasa (29/10).

Baca Juga

Mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu menegaskan, para petugas lapangan di tingkat kecamatan wajib mendapatkan asistensi yang jelas dari pemerintah daerah. Perencanaan penyelesaian masalah pendataan juga harus dibentuk agar ada arah kerja yang efektif.

Menurut dia, level kecamatan yang diharapkan dapat menjadi solusi penyelesaian ketika terdapat masalah. Baik soal pendataan maupun masalah surplus defisit produksi pangan antar daerah. Dengan begitu, deviasi produksi pangan di berbagai daerah bisa ditangani secara cepat dan efisien.

"Komando strategis itu harus menjadi gerakan. Manfaatkan teknologi yang ada karena IT terus berkembang, citra satelit berkembang," katanya.

Lebih lanjut, Syahrul menilai keberadaan metode citra satelit yang ada pihaknya sudah dapat mengetahui situasi agroklimatologi sejak jauh hari. Dengan begitu, selain memastikan produksi dan ketersediaan pangan, daerah semestinya bisa lebih menyesuaikan komoditas-komoditas yang lebih cocok untuk ditanam.

"Komando strategis di tingkat kecamatan, itulah yang lebih banyak melihat masalah secara riil yang ada," kata dia.

Sementara itu, Kepala Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Harmanto, mengatakan, khusus untuk komoditas padi, dan palawija, Kementan sejauh ini telah memiliki Kalender Tanam Terpadu (Katam) yang bisa membaca jumlah luas tanam dan panen, prediksi produksi, hingga musim hujan dan kemarau hingga tingkat kabupaten kota.

Katam menggunakan teknologi satelit National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). Pada November mendatang, hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah sentra pertanaman padi sudah memasuki musim hujan. Dengan begitu, musim tanam pada akhir tahun ini diyakini tidak akan terganggu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement