REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan kredit perbankan Tanah Air masih belum menemui secercah cahaya terang hingga 2020. Ekonom CORE, Piter Abdullah memprediksi pertumbuhan kredit sebenarnya dimungkinkan kembali naik tahun depan.
"Saya punya dua skenario," kata dia kepada Republika.co.id, Senin (28/10) lalu.
Skenario baseline memprediksi pertumbuhan kredit dikisaran 10- 11 persen. Sementara skenario optimistis pertumbuhan kredit bisa lebih tinggi dikisaran 12-14 persen.
Skenario baseline adalah skenario dimana pelonggaran moneter tidak cukup diimbangi oleh kebijakan fiskal yang juga longgar. Pemerintah masih menahan defisit APBN dengan menargetkan pertumbuhan penerimaan pajak yang besar.
Sementara skenario optimistis adalah ketika kebijakan moneter longgar bersinergi dengab kebijakan fiskal longgar. Ini harus didukung juga dengan deregulasi yang memberikan kemudahan investasi di sektor riil.
PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) memproyeksikan pertumbuhan kredit masih akan lesu hingga tahun depan. Direktur Utama BCA, Jahja Setiaatmadja menyampaikan telah menggalang komentar dari para pelaku bisnis dan mendapat sentimen positif secara umum.
"Tapi mereka juga menunggu gebrakan dari kabinet baru, apa nanti masih menunggu-nunggu," kata dia dalam konferensi pers kinerja BCA kuartal III 2019, di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Senin (28/10).
Jahja mengatakan pertumbuhan kredit akan dipengaruhi oleh geliat industri dan daya beli masyarakat. Meski beragam strategi sudah dibuat oleh perbankan, jika kemampuan masyarakat dan industri tidak meningkat maka tetap tidak akan efektif.