REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) memastikan bahwa tim ekonomi dalam Kabinet Indonesia Maju (KIM) periode 2019-2024, solid. Jokowi menjelaskan bahwa pemilihan menteri-menteri yang membidangi ekonomi sudah melalui pertimbangan matang.
Presiden memberi contoh dengan alasan dipilihnya Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, menggantikan Darmin Nasution. Mantan menteri perindustrian era 'Kabinet Kerja' itu dianggap sudah menguasai lapangan dan tak perlu waktu lama untuk tancap gas sebagai Menko Ekonomi.
"Saya melihat duet antara Pak Airlangga sebagai Menko dengan Bu Sri Mulyani sebagai Menkeu, duet ini dulu, ini sudah saling mengerti. Sudah saling tahu apa yang harus dikerjakan menghadapi tekanan eksternal ekonomi global yang tidak menentu, sulit diprediksi, sehingga saling pengertian," jelas Jokowi di Istana Merdeka, Kamis (24/10).
Jokowi tak mempermasalahkan adanya sosok-sosok menteri dari kalangan partai yang ditempatkan di dalam tim ekonomi. Misalnya, Syahrul Yasin Limpo dari Nasdem yang kini menjabat Menteri Pertanian dan Ida Fauziyah dari PKB yang kini duduk sebagai Menteri Tenaga Kerja.
Jokowi juga yakin menteri-menteri yang sebelumnya 'tak populer' tetap bisa bekerja maksimal. Pasar memang sempat merespons dipilihnya Agus Suparmanto dari PKB sebagai Menteri Perdagangan. Nama Agus dianggap belum begitu dekat dengan pelaku pasar.
"Saya tekankan, kerja tim itu yang lebih penting. Bukan kerja individu menteri, menteri, menteri, endak. kerja ini adalah kerja tim. Termasuk nanti dengan Menteri-menteri yang berkaitan dengan ekonomi yang lain," ujar Jokowi.
Bagi Jokowi, yang terpenting adalah bagaimana seluruh menteri dalam tim ekonomi mampu bekerja bersama. Tak hanya bekerja sama dengan sesama menteri di dalam kabinet, tim ekonomi juga diyakini mampu menjalin hubungan dengan pemangku kebijakan fiskal dan moneter yakni Gubernur Bank Indonesia (BI) dan Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Terpenting juga lapangannya terkuasai dengan situasi yang tidak menentu, kemudian kita harus mengonsolidasikan kalau yang baru, akan lebih sulit. Dan saya melihat selama bekerja dengan tim ekonomi yang ada, menteri-menteri saya melihat kompak," katanya.
Selain itu, Jokowi juga menekankan kinerja menteri bukan sekadar dikenal atau tidak dikenal, namun bagaimana 'sang menteri' mampu memastikan program kerja bisa sampai dan dirasakan manfaatnya oleh rakyat, bukan sekadar menjalankan program kerja tanpa tahu bagaimana hasil akhirnya.
"Bukan hanya sent saja, tetapi delivered. Itu penting sekali sehingga betul-betul setiap anggaran dan kebijakan bisa menetas," jelasnya.