REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) tumbuh hingga 10 kali lipat dalam dua tahun terakhir. Total penyaluran kredit hingga Rabu (23/10), sejak awal berdiri yakni sebesar Rp 1,47 triliun.
Chief Commercial Officer, Hadi Wenas, menyampaikan Amartha bisa tumbuh hingga 10 kali lipat setelah menjadi perusahaan teknologi. Sehingga proses penyaluran kredit, pendanaan, operasional bisa dilakukan lebih masif.
Amartha merupakan sebuah koperasi saat awal berdiri pada 2010. Fokus bisnisnya tetap menyasar segmen perempuan dengan pembiayaan ultra mikro. Setelah menjadi financial technology (fintech) pada 2016, proses bisnis lebih ekspansif.
Saat ini jumlah pinjaman yang diberikan antara Rp 1 juta hingga Rp 20 juta. Model pembiayaannya yakni berkelompok atau tanggung renteng dengan cicilan hingga 50 kali.
"Kalau mau pinjam di Amartha harus berkelompok, minimal sekitar 15 orang," kata dia.
Sejak transisi menjadi fintek, tambah Wenas, akses terhadap pendanaan menjadi lebih mudah dan cepat. Baik dari segmen investor institusi maupun ritel. Wenas juga bersyukur investor Amartha tergolong baik dan suka menolong.
Target mitra ultra mikro memberi kesempatan bagi investor di kota untuk berbagi dan membantu kaum marjinal di pedesaan. Wenas menyampaikan nilai sosial ini yang disukai dan membuat investor Amartha tergolong loyal.
"Ternyata orang baik banyak di Indonesia, kita senang karena dipertemukan dengan investor yang baik, yang mau memberi lebih bahkan meminjamkan pada mereka yang credit scoringnya rendah," kata Wenas.
Ia optimistis dengan ekspansi lebih luas, maka akan lebih banyak mitra yang terbantu. Tahun depan, diharapkan Amartha bisa tumbuh hingga dua kali lipat dari segi penyaluran pembiayaan.