REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani meminta kepada seluruh jajaran Kementerian Keuangan (Keuangan) untuk tidak menganggap periode 2019-2024 sebagai masa keberlanjutan yang rutin. Pesan ini disampaikan mengingat dirinya kembali diamanahkan untuk menjadi menkeu dalam lima tahun mendatang.
Lebih dari itu, ia menekankan agar seluruh jajaran tetap memiliki semangat dan juga sikap mental memasuki suatu periode baru. "Jangan melihat masa sekarang sebagai sesuatu yang monoton," ujar Sri dalam acara Serah Terima Memori Jabatan Menteri Keuangan dan Wakil Menteri Keuangan di Gedung Juanda Kemenkeu, Rabu (23/10).
Dengan pemikiran tersebut, Sri menuturkan, seluruh jajaran harus menyiapkan mental dan pemikiran untuk menyiapkan berbagai instrumen dan sumber daya. Khususnya, dalam rangka untuk mendukung program-program dan janji Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
Sri mengingatkan, keinginan presiden dan wakil presiden adalah membuat Indonesia sebagai sebuah negara yang dapat mencapai taraf kemajuan. Bahkan, pemerintahan ke depan juga sudah dirancang dalam outline Visi Indonesia 2045.
Dalam outline tersebut, tertulis bahwa Indonesia harus mampu mengatasi kemungkinan jebakan middle income trap atau jebakan kelas pendapatan menengah. "Ini tuntutan besar, kita harus mampu berikhtiar untuk dapat menandai berbagai potensi Indonesia akan masuk ke middle income trap," ucap Sri.
Sri mengakui, tuntutan tersebut tidak mudah. Sebab, pada saat bersamaan, kondisi ekonomi global kini tengah melemah yang juga berdampak pada perekonomian dalam negeri. Kondisi ini memberikan tekanan yang tidak kecil terhadap keuangan negara.
Dalam acara ini, terlihat jajaran Komite Stabilitas Sitem Keuangan (KSSK). Di antaranya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan Halim Alamsyah.
Presiden Joko Widodo mengumumkan penunjukan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan di Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024. Sebelumnya, Sri juga ditunjuk dalam posisi yang sama pada 2016. Saat itu, ia tengah menjabat sebagai Direktur Pelaksana di Bank Dunia untuk menggantikan Bambang Brodjonegoro.