REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua Naek Tigor Sinaga menyebutkan, pertumbuhan ekonomi di provinsi tersebut pada triwulan II masih lesu. Hal itu karena faktor menurunnya produksi pada pertambangan di Mimika.
Kepada wartawan di Jayapura, Tigor mengatakan, kinerja perekonomian Papua pada triwulan II 2019 menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Papua pada triwulan II tahun ini terkontraksi sebesar 23,98 persen (tahun ke tahun/yoy) lebih dalam dibandingkan kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar terkoreksi 18,73 persen (yoy).
"Kontraksi ekonomi Papua pada triwulan II 2019 disebabkan oleh mulai menurunnya produksi tambang terbesar di Papua yang telah memasuki fase akhir pertambangan terbuka serta sejalan dengan proses transisi dari pertambangan terbuka ke tambang bawah tanah," ujar Tigor setelah menghadiri acara diseminasi bersama kajian fiskal regional dan laporan perekonomian Provinsi Papua di Jayapura, Selasa (22/10).
Tigor menyebutkan, kerusuhan di Papua pekan lalu, tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja perekonomian di Papua.
Sementara itu, jika tanpa memperhitungkan kinerja lapangan usaha LU pertambangan dan penggalian, perekonomian Papua pada triwulan II 2019 tumbuh sebesar 5,72 persen (YoY) lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I 2019 sebesar 6,30 persen (YoY). BI Perwakilan Papua tetap optimistis ekonomi di Papua tetap stabil, yang penting adalah keamanan.
"Kuncinya di keamanan dan kami percayakan ini ke aparat TNI/Polri, kalau aman berarti tak ada masalah serius," ujarnya.
Pihaknya juga memprediksi perekonomian akan kembali pulih di 2020. Perekonomian Papua pada triwulan IV 2019 ini juga diperkirakan akan mengalami pertumbuhan positif terutama disebabkan oleh mulai meningkatnya kinerja pertambangan dan base effect rendahnya kinerja pertambangan pada triwulan IV 2018.
Pertumbuhan ekonomi Papua pada periode tersebut diproyeksikan berada pada kisaran 8,3 persen-8,7 persen (yoy). Secara keseluruhan, perekonomian Papua tahun 2019 tetap akan mengalami kontraksi namun tak sedalam proyeksi sebelumnya sebagai dampak dari diperpanjangnya operasional tambang terbuka Grasberg hingga akhir tahun 2019.