REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Hingga September 2019, pendapatan PT Perikanan Nusantara atau Perinus (Persero) hanya Rp 313,3 miliar atau meleset jauh dari target sebesar Rp 670 miliar. Tercatat, pertumbuhan pendapatan perusahaan pelat merah itu juga lesu dengan hanya membukukan 10-15 persen per kuartal.
Direktur Utama PT Perinus (Persero) Yana Aditya mengatakan, lesunya pendapatan perusahaan terjadi lantaran pengaruh cuaca dan faktor alam. Menurutnya, produksi di sektor perikanan sangat dipengaruhi oleh keberlangsungan iklim dan kondusivitas laut di suatu wilayah.
“Faktor yang sangat menentukan ya alam, kita misalnya mau melaut nggak boleh sama syahbandar karena ada badai,” kata Yana, di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (22/10).
Dia mengklaim perseroan tak merasakan faktor lainnya yang menjadi penyebab pertumbuhan pendapatan. Dia menyebut untuk memaksimalkan pendapatan perusahaan, pihaknya membidik potensi pasar lokal dan global.
Sedangkan guna menggencarkan potensi pasar lokal dan global yang belum sepenuhnya tergarap, ketersediaan infrastruktur dan kelengakapan peralatan tangkap juga akan menjadi fokus ke depannya.
Dari 18 kapal besar yang dimiliki perusahaan, kata dia, tahun depan pihaknya menyediakan alokasi anggaran belanja modal sebesar Rp 300 miliar-Rp 400 miliar, atau meningkat jika dibandingkan di tahun ini yang hanya Rp 150 miliar.
“Satu kapal itu biayanya bisa Rp 4 miliar-5 miliar,” ungkapnya.