REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di saat kas perusahaan-perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih menunjukkan hasil negatif, hal serupa bisa membayangi Perum Bulog. Perusahaan pelat merah di bidang buffer stock pangan itu terancam mengalami kerugian apabila penyaluran cadangan beras pemerintah (CBP) tak sampai target.
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal mengatakan, anggaran penyerapan beras Bulog ke sektor hulu (petani) berasal dari dana pinjaman bank. Dengan total CBP sebesar 2,3 juta ton yang telah diserap, pihaknya mengaku kesulitan bila penyaluran beras bagi Bulog tak leluasa.
Menurutnya, kas perusahaan bisa saja menuai profit asalkan program Ketersediaan dan Stabilisasi Harga (KPSH) melalui operasi pasar (OP) dapat tergenjot hingga 1,2 juta-1,3 juta ton. “Kalau sampai akhir tahun ini 1,2 juta sampai 1,3 juta ton saja, (kemungkinan) kas perusahaan bisa dapat profit,” kata Awaludin.
Berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2015, Bulog memang berkewajiban melakukan penyerapan gabah dan pengadaan beras dalam program KPSH. Untuk itu dia meminta kepada pemerintah agar porsi Bulog dalam penyaluran diperluas sebab dari sisi penyerapan, pihaknya mengklaim Bulog telah melakukan upaya yang cukup maksimal.
Apalagi, kata dia, saat ini Bulog tengah dalam masa peralihan dalam memasarkan berasnya dari program beras sejahtera (Rastra) ke program Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) di bawah Kementerian Sosial (Kemensos). Di mana, Bulog tak lagi diberikan penugasan absolut dalam seluruh ketersediaan beras dalam BPNT. Bulog hanya mendapatkan porsi sebesar 700 ribu ton kuota penyaluran hingga akhir tahun ini.
Dia membeberkan, sebagai operator dan buffer stock pangan penugasan yang diberikan kepada Bulog harus ditindaklanjuti. Kendati demikian, pihaknya juga meminta agar penugasan tersebut dapat diimbangi dengan kebijakan yang dapat membuat kesinambungan kinerja Bulog.
Terkait dengan antisipasi perusahaan untuk menghindari utang yang mangkrak, Awaludin mengaku akan terus berupaya mengejar opsi-opsi memungkinkan dalam penyaluran yang telah tersedia. Diharapkan, dalam akhir tahun ini Bulog bisa mendulang profit.
Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) menyebut kondisi perusahaan tengah dalam ambang kebangkrutan. Hal itu lantaran minimnya opsi penyaluran beras Bulog di tengah penugasan penyerapan yang terus berlangsung. Buwas menyebut, dalam setiap harinya Bulog perlu menyiapkan dana sebesar Rp 14 miliar-Rp 15 miliar per hari, atau Rp 240 miliar-Rp 250 miliar per bulan sebagai kompensasi pembayaran bunga pinjaman dari bank.