Rabu 16 Oct 2019 15:11 WIB

Libra Facebook Ditinggal Investor, Menkeu Ini Malah Senang

Cryptocurrency Facebook ditinggal banyak investor, Menkeu Negara ini malah senang

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Cryptocurrency Facebook Ditinggal Banyak Investor, Menkeu Negara Ini Malah Senang Karena . . . .. (FOTO: REUTERS/Dado Ruvic)
Cryptocurrency Facebook Ditinggal Banyak Investor, Menkeu Negara Ini Malah Senang Karena . . . .. (FOTO: REUTERS/Dado Ruvic)

Warta Ekonomi.co.id, -- Menteri Keuangan Jerman, Olaf Scholz menilai, minggatnya sejumlah perusahaan besar dari proyek mata uang kripto Facebook sebagai pertanda baik. Sebab menurutnya, wacana peluncuran mata uang Libra merupakan ancaman bagi stabilitas keuangan dunia.

Dalam beberapa pekan terakhir, proyek mata uang digital global itu terpukul habis-habisan karena lembaga keuangan raksasa seperti Mastercard, Visa, dan PayPal memutuskan batal mendukung proyek itu. 

“Hengkangnya perusahaan-perusahaan penting dari proyek itu adalah pertanda baik,” kata Scholz, dikutip dari Reuters, Rabu (16/10/2019) di Surakarta.

Baca Juga: Mata Uang Libra Ditolak di Beberapa Negara, Alasannya. . .

Di matanya, proyek Libra berpotensi mengancam otonomi negara dan tata pemerintahan demokratis. Apalagi, dapat dikatakan, proyek itu merupakan penerbitan mata uang, tapi dalam versi digital.

Scholz menjelaskan, “kami harus pastikan, penerbitan mata uang tetap menjadi peran negara bagian, bukan perusahaan swasta besar.”

Meski menuai keraguan para regulator dari berbagai belahan dunia, wacana mengudara Libra pada tahun depan akan tetap berjalan.

Facebook juga akan menguatkan Asosiasi Libra yang sudah ditinggalkan sejumlah mantan anggotanya. “Meski anggota asosiasi dapt berubah sewaktu-waktu, prinsip tata kelola, teknologi, dan sifat terbuka untuk meluncurkan jaringan pembayran Libra akan tetap kuat,” kata Kepala Kebijakan dan Komunikasi Facebook, Dante Disparte.

Libra menuai kontroversi di kalangan pemerintah dunia. Parahnya, Prancis dan Jerman sampai berniat memboikot Lira di Eropa karena takut mengancam stabilitas mata uang Euro.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement