Senin 14 Oct 2019 15:07 WIB

Menperin: Perlu Banyak Pembenahan Sektor Industri

Revolusi industri 4.0 merupakan sebuah lompatan besar di sektor industri.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meluncurkan buku berjudul 'Merajut Asa, Membangun Industri Menuju Indonesia yang Sejahtera dan Berkelanjutan' di Kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta, Senin (14/10).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meluncurkan buku berjudul 'Merajut Asa, Membangun Industri Menuju Indonesia yang Sejahtera dan Berkelanjutan' di Kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta, Senin (14/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartanto mengatakan revolusi industri 4.0 merupakan sebuah lompatan besar di sektor industri, dengan ditandai teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya. Tidak hanya dalam proses produksi, melainkan juga di seluruh rantai nilai guna mencapai efisiensi yang setinggi-tingginya sehingga melahirkan model bisnis yang baru dan berbasis digital.

"Sejak 2011, kita telah memasuki revolusi industri generasi keempat. Secara global, revolusi industri 4.0 ditandai meningkatnya konektivitas, interaksi dan semakin konvergensinya batas antara manusia, mesin, dan sumber daya lainnya melalui teknologi informasi dan komunikasi," ujar Airlangga di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (14/10).

Baca Juga

Untuk melangkah ke sana, kata Airlangga, sektor industri nasional perlu melakukan banyak pembenahan, terutama dalam aspek penguasaan infrastruktur serta teknologi informasi dan komunikasi yang menjadi kunci utama penentu daya saing di era industri 4.0.

Berbeda dengan revolusi-revolusi sebelumnya, menurut Airlangga, industri 4.0 lebih demokratis dan tidak mengenal superioritas teknologi. Artinya, negara manapun bisa melakukan transformasi struktural, termasuk Indonesia bisa menjadi leading di ASEAN.

"Apalagi, kita punya safety factor, yakni pasar domestik," lanjut Airlangga.

Ia menambahkan, bila Indonesia dapat merebut momentum bonus demografi yang dimiliki, pertumbuhan ekonominya dapat semakin meningkat. "Digital become the new norm, kita tidak bisa lepas dari kehidupan digital. Kita bangun tidur cek WA, ke kantor dengan Gojek atau Grab, di kantor cek email dan kirim file lewat WA atau Telegram, termasuk menggunakan Itunes atau Spotify yang mempengaruhi lifestyle kita," katanya.

Maka itu, lanjut Airlangga, Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi digital yang tertinggi di ASEAN. Ini menjadi potensi bagi Indonesia dalam merebut peluang ekonomi digital. Berdasarkan laporan Google-Temasek, digital ekonomi atau internet ekonomi di Indonesia tahun ini telah mencapai 40 miliar dolar AS, naik lima kali lipat dibanding 2015 yang sebesar 8 miliar dolar AS.

Menurut Airlangga, angka 40 miliar dolar AS menegaskan posisi Indonesia sebagai the Biggest Internet Economy di kawasan ASEAN, jauh meninggalkan negara-negara lainnya di ASEAN.

"Kita harus bisa mendorong inovasi untuk menambah lagi peluang di era Industri 4.0. Inilah yang membedakan ekonomi berbasis capital goods dengan yang didukung oleh kesempatan," kata Airlangga menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement