Kamis 10 Oct 2019 17:27 WIB

Arifin Panigoro Usulkan Skema Gross Split Migas Dikaji Ulang

SKK Migas menyatakan stimulasi investasi di sektor hulu migas masih rendah.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Ladang migas di Selat Timor.
Foto: ABC News
Ladang migas di Selat Timor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Medco Grup, Arifin Panigoro yang juga praktisi Migas Indonesia menyarankan pemerintah untuk bisa mengevaluasi sistem gross split. Sebab, menurutnya sistem fiskal di dunia migas terutama di Indonesia mestinya lebih simple agar bisa menarik minat investor.

"Idenya (gross split) itu kan simplifikasi, tetapi realisasinya di lapangan itu kan unik," tutunya di Kantor SKK Migas, Kamis (10/10).

Baca Juga

Arifin menjelaskan apalagi jika pemerintah ingin meningkatkan minat investor untuk datang mengelola cadangan minyak, perlu ada pembenahan dalam hal ini. Ia juga menjelaskan apabila aturan ramah bagi investor maka produksi juga bisa ditambah karena investasi untuk eksplorasi bisa ditambah.

"Keadaan dunia juga berubah. Kalau diem aja orang ga akan tertarik. Bagaimana bisa naikin produksi," ujar Arifin.

Kepala SKK Migas, Dwi Sutjipto menjelaskan bahwa upaya untuk bisa meningkatkan produksi hingga lima tahun mendatang tetap perlu dilakukan mulai dari sekarang. Langkah tersebut antara lain kata Dwi, adalah memasifkan eksplorasi dan pemanfaatan EOR.

"EOR kita harapkan bisa langsung berpangruh pada 2023 dan kemudian eksplorasi," ujar Dwi di SKK Migas, Kamis (10/10).

Sedangkan untuk eksplorasi sendiri, kata Dwi. Ia mengakui dibandingkan negara lain, Indonesia sudah tertinggal 10 tahun dalam manajemen produksi Migas. Baru pada tahun 2017 saja Indonesia kembali menggiatkan eksplorasi.

Selama ini persoalan untuk kegiatan eksplorasi selalu terkendala masalah dana. Kali ini, kata Dwi pemerintah mempunyai dana yang cukup untuk melakukan eksplorasi. Dana yang terkumpul hingga saat ini sebesar 2,4 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 30 triliun.

"Eksplorasi kita punya harapan. Semoga ini bisa menggiatkan eksplorasi kedepan," ujar Dwi.

Selain itu, Dwi juga menjelaskan tantangan yang memang menjadi triger dalam eksplorasi. Pertama adalah masih rendahnya, stimulasi investasi.

Kedua, investasi makin kesini makin besar karena cekungan cekungan minyak mengalami pergeseran ke bagian Timur. Hal ini membuat cadangan baru bisa ditemukan di bagian dalam.

"Rendahnya stimulasi investasi, cekungan mengalami pergerseran ke timur ke laut dalam, sumur tua dan aturan tumpang tindih. Ini sederet tantangan yang perlu kita hadapi," ujar Dwi.

Namun, berbagai upaya juga dilakukan pemerintah agar cadangan tetap bisa ditemukan dan produksi bisa dijaga. Sehingga kedepan masa kejayaan migas Indonesia bisa kembali diraih.

"Disamping itu, untuk meningkatkan cadangan adalah melalui penawaran WK baru kepada para investor. Kami melakukan roadshow untuk menyampaikan data dan potensi," tambah Dwi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement